Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat Gerakan Pembebasan Papua (UMLWP) Markus Haluk menyatakan kegiatan aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) kemarin merupakan ibadah damai mendoakan UMLWP menjadi bagian tetap dari
Melanesian Spearhead Group (MSG).
MSG merupakan organisasi lintas pemerintah yang terdiri dari empat negara Melanesia, yakni Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu. Merasa satu rumpun, Gerakan Pembebasan Papua ingin bergabung dengan MSG.
"Doa itu juga sekaligus persiapan kami dalam pertemuan dengan MSG di Vanuatu 2-6 Mei mendatang," kata Markus saat dikonfirmasi Rabu (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Markus mengatakan dalam pertemuan itu MSG akan membahas urusan kesekretariatan MSG dan persoalan-persoalan terkini di negara-negara Melanesia. Pertemuan itu merupakan kebijakan agenda khusus di luar dari agenda pertemuan dua tahunan.
"Kami ingin menjadi full member MSG agar persoalan di Papua juga menjadi perhatian negara-negara Melanesia," kata Markus.
Aktivis Komite Nasional Papua Barat Victor Yeimo mengatakan gelaran ibadah di Timika kemarin berakhir ricuh setelah aparat kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia merangsek masuk gereja dan membubarkan warga yang berada di dalam gereja.
"Dengan penuh represif mereka tangkap dan mengeluarkan tembakan di mana-mana," kata Victor melalui akun Facebook miliknya.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen. Pol. Paulus Waterpauw membenarkan penangkapan 12 aktivis KNPB saat orasi pembebasan Papua yang berujung ricuh di Lapangan Kampung Bhintuka-SP13, kemarin.
Paulus mengakui aktivis KNPB kala itu menggelar ibadah damai bersama masyarakat setempat. Namun kemudian usai ibadah digelar, aktivis melakukan orasi yang dianggap memprovokasi agar masyarakat terlibat dalam aksi Papua merdeka.
"Mereka melakukan ibadah bersama warga, tapi kemudian mereka berorasi dan menggelar aksi. Itu modus operandi mereka," ujar Paulus.
Paulus mengatakan gelaran ibadah berlangsung damai. Namun ketika orasi dilakukan, kondisi di lapangan mulai ricuh. Dia membenarkan aktivis telah memukul Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mudjiharso yang saat itu bertugas di lapangan.
"Mereka yang diamankan sampai saat ini masih kami periksa. Kami tidak pernah memberikan izin karena mereka berafiliasi dengan gerakan pembebasan Papua," ujar Paulus.
(gil)