Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan telah menghubungi stafnya, Sunny Tanuwidjaja, melalui pesan singkat.
"Saya WhatsApp dia. Dia senyum-senyum saja. Saya bilang, gimana dicegah ke luar negeri? Dia bilang repot saja tidak bisa ke mana-mana," kata Ahok di Jakarta, Jumat (8/4).
Pesan singkat itu dikirim Ahok Kamis malam sesaat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi mengumumkan pencegahan terhadap Sunny. Pencegahan dilakukan untuk mendapat keterangan dari Sunny terkait dugaan suap Rancangan Peraturan Daerah Reklamasi Pantai Utara DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus ini telah menjerat Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja dan karyawannya Trinanda, serta Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta M Sanusi. Sanusi diduga menerima suap Rp2 miliar.
"Sunny dicegah ke luar negeri itu untuk keterangan dia. Sanusi ngomong kan, pengacaranya, menuduh bahwa yang mengatur semua pertemuan itu Sunny," kata Ahok.
Untuk membuktikan apakah perkataan Sanusi benar, KPK butuh mengonfirmasi langsung ke Sunny. Ahok pun sepakat lembaga antirasuah mencegah Sunny ke luar negeri.
Apalagi Ahok sebelumnya bercerita Sunny tengah menyusun disertasi untuk studi doktoral di Universitas Northern Illinois, Amerika Serikat.
"Tentu KPK harus tahan dia supaya bisa minta keterangan, apakah Sanusi memfitnah atau benar," ucap Ahok.
Sunny kini menjabat Direktur Center for Democracy Transparancey sejak tahun 2010. Lembaga riset ini dibangun di Belitung Timur, tanah kelahiran Ahok.
Sejak 2010 itu Sunny dekat dengan Ahok dan kerap mengikuti orang nomor 1 di DKI Jakarta itu. Ahok juga menyatakan Sunny diajak untuk bertemu sejumlah tokoh politik seperti Megawati dan Surya Paloh.
"Sampai sekarang masih jadi Direktur CDT. Jadi waktu saya sudah masuk Wagub DKI Jakarta, saya bilang saya enggak sempat lagi pegang LSM, makanya itu saya kasih ke teman-teman. Dia (Sunny) kan lebih cocok, doktor ilmu politik," kata Ahok.
(agk)