Jakarta, CNN Indonesia -- Sembilan petani perempuan yang berasal dari kawasan Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyemen kaki sebagai aksi menolak eksistensi pabrik semen di kawasan pegunungan itu. Pabrik semen di kawasan pegunungan telah memberikan dampak negatif dari berbagai aspek, mulai aspek sosial hingga lingkungan.
Salah satu perwakilan petani yang hadir, Joko Prianto menjelaskan salah satu dampak yang paling dirasakan masyarakat adalah dampak sosial di antaranya membuat masyarakat terpecah.
"Saat perusahaan semen masuk banyak warga yang mulai terkotak-kotak, padahal sebelumnya rumpun," kata Joko saat ditemui di depan Istana Merdeka, Rabu (13/4).
Joko menambahkan banyak masyarakat di kawasan tersebut yang tergiur dengan tawaran yang diberikan oleh perusahaan pabrik semen tersebut hingga akhirnya bersedia menjual lahan mereka. Namun ada juga masyarakat yang hingga kini tetap tegas menolak keberadaan pabrik semen di kawasan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat beralasan, dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kemunculan pabrik semen tak kalah besar dari dampak sosialnya.
"Kondisi di Kendeng itu tidak layak untuk dijadikan pabrik semen atau pertambangan, apalagi kondisi air di sana sudah mengkhawatirkan," katanya.
"Truk-truk yang lalu lalang di kawasan itu juga membuat debu-debu beterbangan dan mengganggu aktivitas warga."
Sembilan petani perempuan menyemen kakinya dengan harapan Presiden Indonesia Joko Widodo berkenan untuk menemui mereka. Mereka berharap Jokowi bisa menghentikan aktivitas tambang semen yang sudah berjalan selama 667 hari.
Jika Jokowi tak kunjung menemui para petani perempuan tersebut, maka mereka tak akan melepaskan cor yang sudah menempel di kaki mereka selama satu hari.
(pit)