Istana Sebut Sulit Penuhi Tuntutan Pendemo Pabrik Semen

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2016 18:05 WIB
Penolakan pembangunan tidak mungkin dilakukan pada masa sekarang ini. Pasalnya, proyek dan investasi pabrik sudah berjalan.
Sembilan ibu-ibu petani yang menyemen kaki sebagai bentuk protes atas pengoperasian pabrik semen di daerah mereka, Rabu, 13 April 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak Istana menyebut kecilnya kemungkinan untuk memenuhi tuntutan dari para petani perempuan dari Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. Opsi menolak pembangunan pabrik semen dinilai mustahil dilakukan.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan penolakan pembangunan tidak mungkin dilakukan pada masa sekarang ini. Pasalnya, proyek dan investasi  pabrik sudah berjalan.

"Kami sudah tau masalahnya, tapi karena opsi dari mereka (pendemo) memang enggak mudah bagi kami untuk memutuskan karena investasi dan pembangunan sudah jalan," kata Teten ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (13/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, Teten mengatakan pemerintah akan mengkaji serius persoalan yang menimpa para petani di Rembang tersebut. Pemerintah juga akan membantu upaya dialog agar keinginan para petani di Rembang bisa turut didengar.

"Sebenarnya, kalau ada opsi lain (selain menolak) mungkin jauh lebih mudah penyelesaiannya," kata Teten.

Teten mengatakan protes di depan Istana Negara dilakukan karena para petani melihat sudah tidak ada kemungkinan dialog di tingkat daerah. Oleh karena itu, mereka berharap agar pemerintah pusat bisa merespon hal tersebut, khususnya Presiden Joko Widodo.

Teten menjelaskan permintaan untuk beraudiensi dengan Presiden akan disampaikan langsung ke Jokowi.

"Kemarin saya mau sampaikan tapi enggak sempat. Saya hanya berjanji ke mereka untuk menyampaikan pesan untuk bertemu dengan Presiden," katanya.

Sebelumnya, sembilan petani perempuan asal Kendeng mengecor kaki mereka dengan semen untuk menolak pembangunan pabrik semen di daerah mereka. Keberadaan pabrik-pabrik tersebut dinilai telah memberikan dampak di berbagai aspek, mulai aspek sosial hingga lingkungan.

Salah satu perwakilan petani yang hadir, Joko Prianto menjelaskan salah satu dampak yang terasa di masyarakat adalah dampak sosial. Menurutnya keberadaan pabrik semen di Gunung Kendeng membuat masyarakat terpecah.

"Saat perusahaan semen masuk banyak warga yang mulai terkotak-kotak, padahal sebelumnya rumpun," kata Joko saat ditemui di depan Istana Merdeka, Rabu (13/4).

Joko menambahkan banyak masyarakat di kawasan tersebut yang tergiur dengan tawaran yang diberikan oleh perusahaan pabrik semen tersebut hingga akhirnya bersedia menjual lahan mereka.

Namun ada juga masyarakat yang hingga kini tetap tegas menolak keberadaan pabrik semen di kawasan mereka. Masyarakat beralasan, dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kemunculan pabrik semen tak kalah besar dari dampak sosialnya.

"Kondisi di Kendeng itu tidak layak untuk dijadikan pabrik semen atau pertambangan, apalagi kondisi air di sana sudsh mengkhawatirkan," katanya.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER