Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPR Fadli Zon berpendapat, pemerintah perlu melibatkan kelompok militan Islam di Filipina dalam upaya pembebasan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
"Seharusnya minta tolong kepada MNLF dan MILF karena Indonesia mempunyai hubungan baik dengan mereka," kata Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/4).
MILF (Moro Islamic Liberation Front) merupakan kelompok sipil bersenjata yang berpusat di selatan Filipina. Serupa MILF, MNLF (Moro National Liberation Front) juga memperjuangkan kebebasan muslim Moro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua kelompok itu, kata Fadli, memiliki tujuan yang sama dengan Abu Sayyaf , yakni mendirikan pemerintahan Islam di Filipina Selatan.
Oleh karenanya, menurut Fadli, MILF dan MNLF dapat bernegosiasi secara informal dengan Abu Sayyaf. Fadli mengatakan, langkah persuasi lebih menjanjikan dibandingkan operasi militer.
Sementara itu, anggota Komisi III DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, militer Indonesia perlu terlibat pada pembebasan sandera.
Dasco beralasan, kawasan hutan Tipo-Tipo, Basilan, masih dikuasai kelompok Abu Sayyaf. Pemerintah Filipina, kata dia, tidak dapat melarang TNI masuk ke kawasan itu.
"Pengiriman pasukan Indonesia sama dengan pengiriman ke daerah yang tidak ada kekuasaan, seperti Somalia," ujarnya.
Dasco menuturkan, kehadiran TNI juga akan efektif membantu Filipina memerangi Abu Sayyaf. Menurutnya, angkatan bersenjata kedua negara dapat berkoordinasi menentukan batas waktu dan wilayah operasi secara spesifik.
"Masalahnya, saat ini pemerintah belum mengizinkan Indonesia mengirimkan pasukan," tutur dia.
Larangan itu berlandaskan konstitusi Filipina 1987, yakni pangkalan, pasukan dan fasilitas militer asing tidak diperbolehkan berada di Filipina.
Dasco berkata, konteks hukum internasional Filipina bisa dinegosiasikan karena pembiaran dapat menjadi preseden buruk bagi keamanan kawasan Asia Tenggara.
Awal pekan ini, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meniai pemerintah Filipina masih sanggup membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera.
"Kami harus menghargai apa yang dilakukan Pemerintah Filipina," kata Gatot di sela-sela peresmian Monumen Merpati Perdamaian, di Padang, Selasa (12/4) lalu.
TNI, kata Gatot, siap jika Filipina telah melayangkan permintaan bantuan.
"Itu wilayah Filipina, kami harus permisi. Kami sudah menawarkan semuanya. Namun, saat ini mereka masih sanggup melakukan sendiri," ujarnya.
(abm)