Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan aktivitas kapal di kawasan Tarakan, Kalimantan Utara, tetap berlangsung meski rawan pembajakan militan Abu Sayyaf Filipina.
Di Manado, Selasa (19/4), Luhut mengatakan langkah yang paling tepat adalah memberikan pengamanan di daerah perbatasan laut kedua negara.
Untuk saat ini, dia mengatakan keadaan di kawasan tersebut masih dapat dikendalikan sehingga aktivitas masih dapat terus dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan berhenti juga, nanti perekonomian di sana bagaimana?" kata Luhut.
Saat ini, kata dia, pemerintah sedang menunggu pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina dan Malaysia untuk membahas koordinasi patroli di kawasan tersebut.
Selain itu, pembahasan yang akan dilakukan 3 Mei nanti juga akan mempertemukan panglima militer masing-masing negara.
"Ini kan melibatkan tiga negara. Setidaknya kalau ada join operation (operasi terpadu), para perompak tidak berani lagi macam macam," ujar Luhut.
Secara terpisah, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga menyatakan kapal Indonesia yang hendak pulang ke wilayah sendiri mesti mendapatkan pengawalan dari militer setempat.
"Kami sarankan jika ingin pulang saat ini ada baiknya mendapat jaminan pengawalan dari militer Filipina lalu dijemput oleh militer Indonesia," kata Jonan di Jakarta.
Untuk saat ini, kata Jonan, jumlah kapal tongkang milik Indonesia pembawa batu bara yang tengah berada di peraira Filipina berjumlah enam kapal dan semuanya masih aman dari potensi pembajakan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Menurut Jonan, jika memang tidak ada jaminan pengamanan dari militer maka lebih baik kapal-kapal itu tak perlu pulang ke Indonesia untuk sementara waktu.
Keputusan ini diambil berdasarkan instruksi Presiden Indonesia Joko Widodo sebagaimana disampaikan oleh wakilnya, Jusuf Kalla.
"Memang Presiden sudah instruksikan agar (kapal Indonesia) yang pulang dan pergi harus mendapat pengawalan," ujarnya.
(pit)