Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Hanafi Rais menduga banyak sempalan kelompok militan bersenjata Abu Sayyaf yang mengaku sebagai penyandera 14 anak buah kapal asal Indonesia. Hingga kini keempat belas ABK itu belum juga bebas.
Hanafi khawatir negosiasi pembebasan sandera di Filipina berlangsung lama karena ada lebih dari satu kelompok yang mengaku menyandera 14 warga negara Indonesia itu.
“Saya melihat problem di lapangan karena kelompok ini banyak sempalannya. Bisa jadi kita
deal dengan kelompok yang salah. Jadi Indonesia menghadapi banyak calo penyandera," kata Hanafi Rais di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politikus Partai Amanat Nasional ini meminta pemerintah untuk berhati-hati mencari kelompok penyandera WNI yang sesungguhnya dalam jaringan Abu Sayyaf itu. Pemerintah juga diminta untuk mencari jalan alternatif untuk membebaskan sandera.
“Bisa sewa (jasa) pihak ketiga yang dekat dengan penyandera,” kata Hanafi.
Sebelumnya sempat muncul wacana untuk meminta bantuan Umar Patek. Umar disebut memiliki hubungan dengan kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf. Namun menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Umar sudah lama meninggalkan Filipina dan tak lagi berhubungan dengan Abu Sayyaf.
Saat ini Indonesia terus melakukan perundingan diplomatik terkait pembebasan sandera, termasuk dengan pemerintah Filipina. Jalur militer jadi opsi terakhir apabila negosiasi gagal.
"Pembebasan sandera harus senyap, lengkap, dan tepat," tuturnya.
Berdasarkan informasi terakhir dari TNI, 10 dari 14 warga Indonesia yang disandera berada di sekitar Kepulauan Sulu, bagian barat daya Filipina. Mereka merupakan awak kapal tongkang Anand 12 dan Brahma12 yang membawa 7 ribu ton batu bara dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kapal mereka dibajak di perairan Sulu pada 27 Maret saat bertolak ke Filipina.
Sementara empat WNI lain diperkirakan berada di Provinsi Tawi-Tawi, Filipina. Mereka disandera 15 April, dan merupakan awak kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Crista yang dibajak dalam perjalanan dari Cebu, Filipina menuju Tarakan, Kalimantan Utara.
Maraknya aksi penyanderaan di perairan Filipina membuat Presiden Jokowi mengundang petinggi militer, menteri luar negeri, serta aparat penegak hukum Filipina dan Malaysia ke Jakarta untuk membahas langkah-langkah antisipasi dan penanganan aksi teror di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, berdasarkan percakapannya dengan Menlu Filipina, 14 WNI yang disandera dalam kondisi fisik baik. Indonesia terus berkomunikasi intensif dengan Filipina untuk mencari cara pembebasan terbaik.
(agk)