Bahasa Indonesia Bangkitkan Rindu 10 ABK Tersandera

Aulia Bintang | CNN Indonesia
Rabu, 04 Mei 2016 08:21 WIB
Kondisi psikis ABK sepulang dari penyanderaan memang baik dan jadi lebih baik lagi setelah kembali mendengar orang berbincang dengan bahasa Indonesia.
Pelaut Indonesia yang diculik oleh kelompok militan Abu Sayyaf berada di rumah seorang pejabat pemerintah lokal, setelah mereka dibebaskan dari tahanan di Jolo, Sulu di Filipina selatan, Minggu (1/5). (Office of Sulu Governor/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari nahas 23 Maret 2016 tak akan dilupakan 10 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang berlayar di perairan Filipina Selatan. Kapal Brahma 12 dibajak kelompok radikal Abu Sayyaf asal Filipina.

Tak hanya membajak kapal, mereka menyandera 10 ABK. Peter Tonsen asal Batam, Julian Philip asal Minahasa, Elvian Alvis asal Jakarta Utara, Mahmud asal Banjarmasin, Surian Syah asal Kendari, Surianto asal Wajo, Wawan Saputra asal palopo, Bayu Oktavianto asal Klaten, Reynaldi asal Makassar, dan Wendi Rakhadian asal Padang, lebih dari sebulan menjadi sandera.

Pemerintah Indonesia berang, pun Filipina. Komunikasi intensif dilakukan oleh kedua negara agar 10 ABK asal Indonesia tersebut bisa dibebaskan tanpa harus ada aksi militer Filipina ataupun Indonesia. Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla berkali-kali menegaskan bahwa pemerintah selalu mengutamakan penyelamatan dengan cara negosiasi dan diplomasi.
Jusuf Kalla pun pernah mengatakan militer Indonesia tak akan ikut campur lantaran kejadian pembajakan terjadi di wilayah Filipina dan itu menjadi kewenangan penuh dari militer setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelompok Abu Sayyaf menetapkan sejumlah uang sebagai tebusan jika 10 ABK un untuk dibebaskan. Rp 15 miliar atau setara 50 juta peso. Pemerintah Indonesia pun kembali menegaskan bahwa pemerintah tak akan pernah mengeluarkan uang untuk bisa membebaskan 10 ABK tersebut.

Penolakan untuk membayar tebusan pun berimbas panjang karena proses pembebasan terhadap 10 ABK tersebut memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Akhirnya kelompok Abu Sayyaf melepaskan 10 ABK pada Ahad (1/5) atau satu bulan lebih pasca peristiwa pembajakan.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi langsung menghadap ke Presiden Indonesia Joko Widodo untuk melaporkan semuanya. "Mereka semua dalam keadaan yang baik dan akan segera dipulangkan," kata Jokowi saat menggelar jumpa pers di Istana Bogor kemarin.
Tak menunggu waktu lama, pemerintah Indonesia yang sebelumnya telah menurunkan Tim Negosiator langsung menyiapkan transportasi untuk bisa memulangkan 10 ABK ke Indonesia hari itu juga. Selanjutnya, seperti yang diketahui, 10 ABK itu dipulangkan menggunakan pesawat jet pribadi menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah.

Tiba di Indonesia pada Ahad malam atau Senin dini hari (2/5) 10 ABK itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat  Gatot Subroto untuk diperiksa kesehatannya. Pernyataan Jokowi pun terbukti, 10 ABK tersebut tak memiliki masalah fisik maupun psikis setelah diperiksa oleh tim dokter RSPAD.

"Pemeriksaan oleh tim dokter spesialis hasilnya adalah kondisi sehat dan Alhamdulillah prima sekali. Kejiwaan mereka stabil dan tak ada gangguan apapun," ujar Wakil Kepala RSPAD Kolonel (Ckm) Bambang Dwi HS.

Diungkapkan oleh Bambang setelah tim dokter kejiwaan memeriksan 10 ABK tersebut. Menurutnya kondisi psikis para ABK memang baik tapi kondisi itu lebih baik lagi setelah mereka bisa kembali mendengar orang berbincang dengan bahasa Indonesia setelah sebelumnya selama lebih dari satu bulan tak bisa mendengar bahasa nasional tersebut.
"Intinya saat mereka mendengar orang bicara bahasa Indonesia psikisnya langsung naik," kata Bambang. Bahasa Indonesia pada nyatanya ampuh untuk meningkatkan kejiwaan para ABK terlebih melepas kerinduan dengan keluarga bukan lagi sekedar angan. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER