Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berduka atas wafatnya Siti Rahmani Rauf, pembuat alat peraga 'Ini Budi', pada Selasa (10/5) malam.
"Kami atas nama pemerintah berduka atas berpulangnya Ibu Siti Rahmani Rauf. Insya Allah, kami doakan agar beliau mendapatkan tempat termulia di sisi Allah," ujar Anies di Kantor Kemendikbud, Jakarta Selatan, Rabu (11/5).
Menurut Anies, Siti telah berjasa besar dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi negara. Ia menyebut bahwa wanita kelahiran Padang itu meninggalkan 'sidik jari' yang menempel pada puluhan juta anak Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Ini ibu Budi, ini Budi, ini kakak Budi, ini ayah Budi. Itu kata-kata yang puluhan juta anak Indonesia belajar dan itu alat peraganya disebut sebagai struktur analitik sintesis (SAS) bahasa Indonesia, yang dipakai oleh beliau menempel sampai sekarang," katanya.
Sebagai seorang Muslim, Anies mengaku percaya bahwa seseorang yang meninggal akan putus pahalanya, kecuali tiga hal yang salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.
"Dan Ibu Siti Rahmani Rauf memberikan teladan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Itu akan memberikan aliran pahala yang tanpa henti untuk almarhumah," katanya.
Siti meninggalkan sembilan orang anak yang terdiri dari lima perempuan dan empat laki-laki. Berdasarkan keterangan keluarga kepada CNNIndonesia.com di sela-sela proses persemayaman jenazah di kawasan Petamburan, Siti sebenarnya bukan penulis buku Ini Budi, seperti yang diberitakan media. Alih-alih, ia adalah pembuat alat peraga untuk membantu anak memahami isi buku wajib itu.
Cerita berawal saat guru-guru merasa kesulitan dalam mengajarkan materi buku Ini Budi kepada anak-anak. Pada saat itu, belum banyak alat peraga yang dimiliki sekolah untuk membantu siswa-siswi dalam membaca.
Sekolah-sekolah, pada masa itu, menggunakan metode SAS di mana di dalam buku Bahasa Indonesia kelas 1 terdapat pembelajaran tentang tokoh Budi. Siti lantas diminta oleh tetangganya yang memiliki rekan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat alat bantu peraga. Ia menerima tawaran tersebut karena memiliki keahlian menggambar.
Alat peraga yang dibuat Siti berupa kotak yang berisi berlapis kain flanel. Di dalam kotak tersebut ada kartu bertuliskan kata-kata yang ada dalam buku pelajaran membaca. Contohnya: "Ini Budi", "Ini bapak Budi", "Ini ibu Budi", "Ini kakak Budi", "Ini adik Budi". Kartu itu juga berisi gambar tokoh keluarga budi.
Alat peraga ini dibuat seperti sebuah permainan yang mendorong siswa aktif dan mampu menyerap pembelajaran dengan baik. Selain alat peraga 'Ini Budi', Siti pun membuat beberapa karya tulis, seperti dongeng nusantara dan cerpen.
Sampai masa tuanya, belum ada penghargaan yang diterima Siti. Namun, menurut keluarganya, ia tak pernah mengeluh. Meski demikian, ia tetap bangga akan hasil karyanya, karena lewat karya itulah ia bisa menunaikan ibadah haji pada 1986.
(bag)