Jakarta, CNN Indonesia -- Koordinasi Indonesia dengan Filipina di bidang kelautan akan dijalankan lebih lanjut, hal ini berkaca dari ditangkapnya 14 WNI di perairan Filipina oleh kelompok teroris Abu Sayyaf.
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Laksdya TNI Arie Soedewo mengklaim peningkatan keamanan untuk masalah perompakan yang terjadi di jalur laut sudah dilakukan. Meski begitu, pengamanan tersebut belum menjadi prioritas utama.
"Kalau belum ada kejadian, belum bisa kita jadikan prioritas. Ketika sudah kejadian baru semua kewaspadaan kita lakukan," ujarnya di konferensi pers Working Level Meeting di Crowne Plaza, Jakarta Pusat, Rabu (19/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kebijakan patroli bersama antar penjaga pantai di perbatasan belum dimiliki Indonesia. Namun, Arie menegaskan bahwa perompakan tidak boleh terjadi dua sampai tiga kali pada lokasi yang sama.
Dirinya menghimbau masuknya kapal-kapal seperti kapal perang ke negara Indonesia atau negara lainnya harus dengan perizinan yang ketat.
Kapten Burgos selaku Kepala Deputi Penjaga Pantai Staf untuk rencana, program, dan urusan internasional menjelaskan bahwa penjaga pantai Filipina dan penjaga pantai Indonesia sudah memiliki koordinasi terkait keamanan di wilayah Laut Sulu. Namun, Burgos tidak dapat memaparkan lebih lanjut terkait dengan kebijakan tersebut.
"Kami tidak membicarakan hal tersebut hari ini dan saya juga tidak dapat membicarakan kebijakannya," jelasnya.
Burgos hanya mengatakan bahwa Filipina dan Indonesia sudah memiliki rencana masa depan di bidang kemaritiman. Namun, rencana masa depan tersebut baru sebatas pemeliharaan lingkungan laut.
(pit)