Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi kesehatan Mantan Menteri Penerangan di era Orde Baru, Harmoko, dikabarkan semakin menurun. Politisi senior yang menjalankan karier politiknya di Partai Golkar ini adalah tangan kanan Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto sewaktu menjabat selama 32 tahun.
Pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur 7 Februari 1939 itu menurut ajudannya mengalami kerusakan saraf motorik otak belakang. Bahkan, saat ini Harmoko sulit untuk berkomunikasi.
"Memang perlu penanganan ekstra. Bicara sudah pelan dan tidak jelas. Kata dokter ini biasanya efek yang terjadi bagi seorang pemikir," kata ajudan Harmoko, Daliman, kepada CNNIndonesia.com, Kamis (19/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kesehariannya, kata Daliman, Harmoko menggunakan kursi roda, dan kondisinya terus menurun. "Beliau di rumah, tapi saya tidak bisa bilang di mana. Kondisinya pelan-pelan menurun."
Selain menjadi Menteri Penerangan, Harmoko sempat menjabat sebagai Ketua MPR era Presiden BJ Habibie, juga sebagai ketua Persatuan Wartawan Indonesia.
Sebagai Menteri Penerangan, Harmoko mencetuskan gerakan Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa) yang dimaksudkan sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah.
Harmoko dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum melalui apa yang disebut sebagai "Safari Ramadhan". Sebagai Ketua Umum Golkar, Harmoko dikenal pula sebagai pencetus istilah "Temu Kader".
Jabatan sebagai Ketua MPR periode 1997-1999 --yang kemudian mengangkat Soeharto selaku presiden untuk masa jabatannya yang ke-6-- jadi jabatan terakhir Harmoko.
Mei 1998, Harmoko juga meminta Soeharto turun ketika gerakan rakyat dan mahasiswa yang menuntut reformasi, terlihat tak lagi dapat dikendalikan.
(pit)