Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah lembaga jajak pendapat belakangan ini mempublikasikan temuan mereka tentang pencapaian Tentara Nasional Indonesia sebagai lembaga negara yang paling dipercayai oleh masyarakat. Otoritas TNI Angkatan Darat menyebut kerja keras mereka sebagai faktor utama meraih prestasi itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigadir Jenderal Mohamad Sabrar Fadilah, mengatakan institusinya tidak memesan hasil jajak pendapat tersebut. Menurutnya, kecenderungan itu merupakan pendapat masyarakat yang mustahil digiring ke opini tertentu.
"Masyarakat sudah pintar. Mereka menyaksikan sendiri apa yang kami lakukan. Ini adalah hubungan timbal balik yang luar biasa," ujar Fadilah kepada CNN Indonesia, Senin (26/10).
Jenderal bintang satu yang pernah menjadi ajudan Boediono tatkala masih menjabat wakil presiden itu lantas menyebut tiga semboyan TNI: bersama rakyat, TNI kuat; TNI lahir dari rakyat serta rakyat adalah ibu kandung TNI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadilah memaparkan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI mengatur lembaga militer negara itu tidak hanya memiliki tugas berperang tapi juga tugas lain di luar operasi militer.
Fadilah berkata, TNI AD mengimplementasikan tugas-tugas tersebut dengan menjalankan program yang mengatasi kesulitan masyarakat.
Membantu pemerintah dalam percepatan pembangunan melalui program TNI Manunggal Membangun Desa serta turun tangan memadamkan kebakaran hutan merupakan dua di antaranya.
"Pencapaian ini harus kami jaga. KSAD menyatakan reformasi internal sudah selesai dilakukan, tapi kami masih harus terus memperbaiki diri terutama di kultur atau kebiasaan-kebiasaan," tuturnya.
Kemarin, Center for Strategic and International Studies merilis hasil survei tentang tingkat kepercayaan publik terhadap institusi politik dan hukum.
Berdasarkan jajak pendapat itu, TNI memperoleh kepercayaan tertinggi dengan suara sebesar 90 persen, mengalahkan Komisi Pemberantasan Korupsi yang berada di peringkat dua dengan dukungan sebanyak 80,8 persen.
Peneliti senior CSIS Joseph Kristiadi mengatakan, TNI mendapatkan kepercayaan tinggi karena pernah begitu berkuasa ketika Orde Baru. Saat ini pun menurutnya TNI kerap diandalkan menangani berbagai hal yang tidak mampu dilakukan oleh masyarakat sipil.
"Misalnya, ketika terjadi kabut asap dan kebakaran hutan, TNI masuk untuk memadamkan dan mengatasinya," ujarnya.
Meski demikian, Kristiadi menegaskan kepercayaan publik terhadap TNI bukan berarti masyarakat ingin tentara kembali berkuasa seperti pada masa Orde Baru.
Di sisi lain, pekan lalu, peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Wahyudi Djaffar mengatakan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap TNI seharusnya menjadi cambuk bagi kepolisian.
Wahyudi berkata, apabila indeks kepercayaan publik terhadap Polri terus berada di titik yang rendah, akan muncul dorongan kepada TNI untuk kembali memegang fungsi keamanan atau penegakan hukum.
Hasil jajak pendapat CSIS menunjukkan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri hanya mencapai 63,5 persen. Raihan ini menempatkan kepolisian sebagai lembaga negara yang paling sedikit dipercaya, selain DPR.
(bag)