Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Partai Golkar Ahmadi Noor Supit menganggap, tidak masuknya nama Ade Komarudin beserta tim suksesnya dalam susunan kepengurusan yang dipimpin Setya Novanto merupakan hal wajar.
Menurut mantan anggota tim sukses Ade ini, hal tersebut merupakan konsekuensi atas kekalahan dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa Golkar.
"Itu konsekuensi logis dari sebuah pertarungan politik. Winner bisa take the whole. Silakan saja ambil semuanya terserah," kata Supit saat dihubungi, Kamis (26/5).
Supit berkata, pihak pemenang yakni Setya Novanto, memiliki pilihan untuk tidak mengakomodasi semua pihak dalam kepengurusan. Sedangkan, bagi pihak yang kalah, menurutnya tidak dapat meminta jatah. "Harus adil, yang kalah mundur dulu," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dia enggan mengomentari lebih jauh terkait nama-nama bermasalah yang menjadi calon pengurus Golkar berikutnya. Susunan kepengurusan, kata dia, merupakan hak formatur untuk menentukannya.
Sebelumnya, Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar periode 2014-2019, masih dalam tahap penyusunan. Namun, susunan kepengurusan itu sudah beredar di kalangan wartawan, dan terdapat sejumlah nama yang memiliki catatan hukum.
Anggota Tim Formatur Roem Kono mengatakan, susunan kepengurusan yang beredar belum final, dan masih dapat berubah. "Yang beredar itu benar, tetapi belum seluruhnya. Jadi masih bisa berubah," kata Roem di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (26/5).
Salah satunya nama calon pengurus yang pernah tersangkut kasus adalah mantan anggota dewan Yahya Zaini. Yahya tercatat pernah tersangkut kasus video mesum dengan seorang penyanyi dangdut.
Sementara, Roem berkata Ade Komarudin akan menduduki jabatan dewan pembina. Sebab, Ade dinilai memiliki peran dalam merumuskan kebijakan nasional.
Dia menegaskan, semua calon ketua umum yang bertarung dalam Munaslub akan masuk ke dalam pengurusan. Dalam daftar beredar nama, Aziz Syamsudin, Airlangga Hartarto dan Indra Bambang Utoyo diproyeksikan menduduki posisi Ketua DPP.
(yul)