Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Yoedhi Swastanto memublikasi Buku Putih Pertahanan Indonesia, Selasa (31/5). Buku tersebut akan didistribusikan ke seluruh kementerian dan lembaga negara serta negara-negara sahabat.
Yoedhi berkata, Kemhan telah menyesuaikan program pertahanan pada periode pemerintahan sebelumnya dengan fokus pembangunan poros maritim. Target menjadi poros maritim global, kata Yoedhi, menjadi titik sentral buku putih itu.
"Kami harus merevisi program-progam pertahanan negara, ini harus searah, sejalan dengan kebijakan pemerintah," kata Yoedhi di kantor Kemhan, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yoedhi menjelaskan mengenai langkah pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Secara umum, kata Yoedhi, terdapat dua model pembangunan maritim yang sedang dilakukan pemerintah, yaitu melalui jalur militer dan nonmiliter.
Di bidang militer, pemerintah mengerahkan TNI Angkatan Laut dengan perbantuan Angkatan Udara dan Angkatan Darat. Sementara di jalur nonmiliter, pemerintah mengerahkan semua institusi yang ada kaitannya dengan kelautan, seperti Badan Keamanan Laut, Polisi Air dan Udara serta Ditjen Imigrasi.
"Masing-masing juga mempunyai program dalam rangka mengamankan wilayah maritim," katanya.
Yoedhi mengatakan, lembaganya menyerahkan buku putih itu ke sejumlah perwakilan badan militer negara asing untuk membangun rasa saling percaya. Dalam acara peluncuran Buku Putih Pertahanan Indonesia itu, sejumlah atase pertahanan dari berbagai negara terlihat hadir.
Menurut Yoedhi, buku tersebut dapat menjadi pegangan bagi seluruh kementerian dan lembaga yang berpartisipasi dalam sistem pertahanan negara. Di luar itu, buku putih juga menjelaskan perkembangan strategi di lingkungan nasional maupun global.
"Perkembangan-perkembangan dari strategi tersebut kami formulasikan format beberapa potensi ancaman ancaman nyata maupun ancaman yang belum nyata," katanya.
Ancaman nyata, kata Yoedhi, di antaranya terorisme, bencana alam, narkoba, cyber crime, penyelundupan, dan sebagainya. Sementara ancaman yang belum nyata adalah perang konvensional. "Tentunya ini dalam jangka lama, masih kecil kemungkinannya," ujarnya.
(abm)