Kelompok Santoso Kecewa Dukungan Makin Berkurang

Yuliawati | CNN Indonesia
Selasa, 07 Jun 2016 11:35 WIB
Kelompok Santoso ini membuat risalah berjudul “Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Yang Terlupakan” berisi kekecewaaan karena berkurangnya dukungan.
Sejumlah aparat gabungan TNI-Polri berjaga di gerbang masuk dan keluar Desa Sedoa, Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok Santoso diduga sudah tak mendapat dukungan dari luar Poso. Kelompok Santoso ini membuat risalah berjudul “Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Yang Terlupakan” berisi kekecewaaan karena berkurangnya dukungan.

"Santoso kecewa karena kelompok pro ISIS di Indonesia justru fokus pada Suriah. Sementara mereka mati-matian bertahan hidup di Poso," kata pengamat intelijen Ridlwan Habib, seperti dilaporkan Antara, Selasa (7/6).

Analis S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia ini mengatakan kekuatan kelompok Santoso tinggal 18 orang dan hidup di area hutan dengan bahan makanan yang sangat terbatas. Menurut dia, kelompok Santoso sudah tidak mungkin menang melawan 3.500 anggota TNI dan Polri.
"Kalau diteruskan, pasti konyol bagi Santoso," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, Ridlwan mengatakan Santoso juga memiliki istri dan anak yang hidup susah di kota Poso.

"Sudahlah Santoso akhiri saja aksinya di bulan Ramadhan ini. Bertaubat dan kembali ke bumi Poso," ujar Ridlwan.

Dia meyakini 18 anggota Santoso juga sudah berada dalam kondisi psikologis yang tertekan.

"Bulan Puasa bisa menjadi momentum. Akhiri gerilya di gunung Biru. Kembali ke keluarga dan masyarakat," imbaunya.
Dari risalah “Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Yang Terlupakan” yang diperoleh CNNIndonesia.com, tertulis kekecewaan kelompok Santoso atas para pendukung pembentukan negara Islam (Ansar Daulah Islam) yang lebih memilih berjuang di Suriah.

“Ansar Daulah Islam di Indonesia bukannya menuju Bumi Poso justru pergi menjauh berlawanan arah menuju Bumi Syam. Kemudian berselfie ria di media sosial sambil menceritakan kisah perjalanan masing-masing, walau tidak semuanya seperti itu,” bunyi risalah itu.

Risalah itu juga menyebutkan Abu Wardah alias Santoso kecewa karena seruan untuk bergabung ke Poso tidak ada yang merespon.

“MIT hanya tinggal menunggu waktu karena secara perlahan ikhwah kita berguguran satu per satu tanpa ada kaderisasi pasukan baru,” tulis risalah dengan tanggal November 2015.

Meski sudah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS, Santoso disebut tidak sepaham dengan kelompok teror Timur Tengah tersebut.
Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin, mengatakan dukungan Santoso terhadap ISIS hanya untuk mengambil keuntungan.

"Santoso berkomitmen kepada ISIS bukan karena paham tapi itu keputusan taktis dan strategis," kata Solahudin saat berdiskusi dengan wartawan di Jakarta.

Santoso menurut Solahudin, hanya membutuhkan sumber daya tambahan dari kelompok teror asal Timur Tengah tersebut. ISIS yang memiliki banyak dana dan sumber daya manusia, diyakini bisa membantu kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

"Dia berharap bakal mendapatkan bantuan dana dan tambahan sumber daya manusia. Padahal, dia sempat mengkritik orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS," kata Solahudin. (yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER