Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri mengklaim tindakan tegas yang dilakukan terhadap demonstran penolak tambang di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, sesuai dengan prosedur.
"Tahapan sudah kami lakukan, mengimbau, mengomunikasikan agar unjuk rasa dilakukan minggu depan, kami lakukan pengamanan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Agus Rianto di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (13/6).
Menurutnya, setelah polisi melakukan tahapan-tahapan tersebut, ternyata malah ada masyarakat yang memrovokasi sehingga ada serangan terhadap petugas. Brigadir Kepala Syafrizal yang terkena bacok, hingga kini masih dirawat di rumah sakit.
Karena itu, polisi melepaskan tembakan sehingga, menurut Agus, melukai empat orang warga. Dua orang di antaranya masih dirawat di rumah sakit, sementara dua lainnya sudah dipulangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika ditanya apakah akan diproses secara etik, Agus hanya mengatakan, "teman Bengkulu sudah lakukan langkah dan upaya untuk menelusuri peristiwa tersebut."
Dia juga meminta masyarakat untuk memahami, tidak semua tindakan tegas Polri harus berujung pada sanksi. "Selama dilakukan sesuai SOP, sesuai protap, Undang-Undang melindungi itu."
Sebelumnya diberitakan, lima warga Kecamatan Merigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, terkena luka tembak dan puluhan lainnya terluka dalam unjuk rasa yang digelar Sabtu (11/6).
Korban yang tertembak di antaranya yaitu bernama Marta yang mengalami luka serius dan kondisinya kritis. Korban tertembak lainnya diketahui bernama Badrin, Muan, dan Indra.
"Saat ini terdata lima orang yang tertembak, seorang diantaranya kritis. Korban yang kritis sedang dalam perjalanan ke RSUD M Yunus, Bengkulu," kata Niko, seorang pengunjuk rasa, seperti dilansir dari Antara.
Niko mengatakan warga berunjuk rasa di areal pertambangan batu bara milik PT Citra Buana Seraya di Desa Lubuk Unen Kecamatan Merigi Kelindang pada Sabtu (11/6) sejak pukul 10.00 WIB.
Sebanyak 500 warga dari sejumlah desa, antara lain Desa Lubuk Unen, Desa Susup, dan Desa Komring berupaya memasuki kompleks pertambangan dengan niat menutup aktivitas pertambangan tersebut.
"Saat warga ingin masuk aparat polisi berupaya menghalangi dan seorang pendemo membacok polisi maka kericuhan tak terhindarkan, beberapa pendemo ditembak aparat," kata dia.
(yul)