Bengawan Solo Meluap Akibat Drainase Terhambat Sampah

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2016 13:37 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan, salah satu penyebab meluapnya Sungai Bengawan Solo adalah buruknya drainase yang terhambat sampah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengungkapkan, salah satu penyebab meluapnya Sungai Bengawan Solo adalah buruknya drainase. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengungkapkan, salah satu penyebab meluapnya Sungai Bengawan Solo adalah buruknya drainase.

"Di Bengawan Solo itu airnya tinggi dan membuat tinggi air di anak sungainya lebih rendah dan menyebabkan air tak bisa masuk. Karena curah hujan tinggi dan drainase terhambat sampah maka airnya mengantri masuk ke Bengawan Solo," kata Basuki saat ditemui di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Senin (20/6).

Sebenarnya, kata Basuki, pihaknya telah mengirim delapan pompa untuk membuang air tersebut dari lokasi banjir. Namun karena akhir-akhir ini curah hujan sangat tinggi maka keberadaan pompa tersebut sia-sia.
Air Sungai Bengawan Solo mulai meluap sekitar pukul 22.30 WIB, Sabtu (18/6). Meluapnya sungai Bengawan Solo menyebabkan Karanganyar, Kota Solo, dan Sukoharjo kebanjiran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

72 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 175 jiwa di Daleman Kelurahan Ngringo, Karanganyar terpaksa diungsikan karena rumah mereka terendam air.

Rumah pribadi Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo beserta 55 KK lainnya di RT 1/RW 9 Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo, pun kebanjiran.

Selain banjir, hujan deras juga menyebabkan tanah longsor, salah satunya di Kebumen. Namun, Basuki belum melihat secara langsung sehingga belum bisa menjelaskan lebih rinci.

Rencananya Basuki akan berangkat ke Kebumen malam ini untuk bisa melihat langsung dan mengambil langkah cepat menangani bencana tersebut.

"Kepala BNPB dan dirjen saya sudah di sana, saya malam ini atau besok akan ke sana," ujarnya.
Jumlah korban tewas akibat banjir dan longsor di sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Tengah hingga pagi tadi mencapai 43 orang. Sementara 19 orang masih dinyatakan hilang dan 14 orang luka-luka.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sebagian besar korban tewas dan hilang berada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Mereka tertimbun tanah saat melintas di jalan rawan longsor.

"Daerah yang paling parah memang Purworejo, kemudian Banjarnegara, dan Kebumen," ujar Sutopo di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (20/6).

Selain tiga daerah tersebut, banjir dan longsor juga terjadi di Kendal, Sragen, Purbalingga, Banyumas, Sukoharjo, Kebumen Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, Karanganyar dan Solo.

Menurut Sutopo, akses transportasi di beberapa kabupaten sempat lumpuh dan ribuan rumah turut hancur akibat banjir dan longsor tersebut.

Sutopo berkata pencarian korban hari ini akan difokuskan di Desa Caok, Karangrejo, dan Desa Donorati, Purworejo.

Dia mengakui pencarian korban di daerah tersebut cukup sulit lantaran akses jalan yang tertimbun longsor. Selain itu cuaca yang tak menentu membuat petugas kesulitan mencari korban.

"Pencarian dilanjutkan hari ini karena akses jalan sudah bisa dilalui," katanya.
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika telah memperingatkan adanya hujan lebat pada 17 hingga 20 Juni 2016. Puncaknya pada 18 Juni lalu terjadi hujan lebat di Pulau Jawa terutama di bagian tengah dan selatan. Hujan yang mengguyur selama 8 hingga 10 jam ini yang membuat sejumlah sungai di beberapa daerah meluap. (rel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER