Tito Sebut Hidup atau Mati Pilihan Saat Hadapi Teroris

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Kamis, 23 Jun 2016 17:50 WIB
Dalam uji kelayakan dan kepatutan, anggota Komisi III DPR menanyakan fokus metode penanganan terorisme yang akan diterapkan Tito apabila menjadi Kapolri.
Komisi III DPR menguji visi dan misi calon tunggal Kapolri, Tito Karnavian Kamis (23/6). (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Calon Kapolri Komisaris Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pendekatan penanganan terorisme bergantung pada situasi di lapangan. Pendekatan keras diambil apabila situasi dinilai membahayakan petugas atau masyarakat umum.

"Ketika terjadi ancaman, maka di pikiran kami hanya satu, menghentikan ancaman itu. Dead or alive ," kata Tito di Ruang Rapat Komisi III, Kamis (23/6).

Dalam uji kelayakan dan kepatutan, sejumlah anggota Komisi III DPR menanyakan fokus metode penanganan terorisme yang akan diterapkan Tito apabila menjadi Kapolri. Anggota komisi hukum Arsul Sani berkata, jajarannya menerima laporan sekira 122 orang terduga teroris mati tertembak sebelum menjalani peradilan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini juga membandingkan kondisi saat ini dengan insiden bom Bali 2002. Saat itu, Kapolri Jenderal (Purnawirawan) Da'i Bachtiar saat itu menangani teroris dengan pendekatan criminal justice system.

Semua pengebom ditangkap dan diproses hukum, termasuk dieksekusi mati sesuai vonis. Politikus PAN Yandri Susanto juga menyoroti perkara meninggalnya tersangka teroris, Siyono, saat dibawa Densus 88.

Menanggapi itu, mantan Kepala Densus 88 ini berharap kedua hal tersebut tidak digeneralisasi, aparat selalu mengedepankan pendekatan perang saat menghadapi teroris.

"Ada 26 polisi juga meninggal, masyarakat seribuan lebih karena teroris. Teroris yang hidup dan ditahan sekitar 900 orang," ucap mantan Kapolda Metro Jaya ini. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER