Panglima TNI: Penyandera Minta Tebusan Rp65 M untuk Empat WNI

Anugerah Perkasa | CNN Indonesia
Senin, 27 Jun 2016 23:46 WIB
Dari tujuh WNI yang disandera saat menyeberang ke Filipina, baru diajukan tebusan untuk empat di antaranya.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sudah dapat nominal tebusan sandera WNI. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok bersenjata penyandera tujuh WNI di Filipina akhirnya menyebut nominal uang tebusan. Itu disampaikan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo usai acara Buka Bersama dengan Presiden Joko Widodo, Senin (27/6).

“Tebusannya 200 juta Peso atau sekitar Rp61-Rp65 miliar,” katanya. Tapi ia melanjutkan, tebusan itu untuk empat orang. “Tiga orang belum dipastikan.”

Ketujuh sandera diduga berada di lokasi terpisah. Gatot mengatakan, titik sanderasalah satunya ada di Pulau Jolo, Filipina. Itu untuk empat sandera. Sedangkan tiga warga lainnya, sambungnya, belum dipastikan keberadaannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gatot mengklaim seluruh sandera dalam kondisi sehat, meski dia belum berbicara langsung dengan mereka. Saat ini, sambungnya, pemerintah Indonesia dan Filipina tengah membicarakan masalah itu di tingkat kementerian, yakni Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan.

Sedangkan Panglima TNI bersiap soal prosedur pelaksanaan.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, kalau pun ada permintaan tebusan selama ini pemerintah tidak pernah membayar sesuai permintaan kelompok bersenjata.

Pemerintah bahkan tidak memberi tebusan kepada kelompok teroris Abu Sayyaf yang menyandera 10 WNI. Sandera itu kini sudah dibebaskan.

Pekan lalu, tujuh awak kapal berbendera Indonesia, Charles 001 dan kapal tongkang Robby 152 diculik ketika berlayar menuju Filipina. Tugboat Charles 001 mengangkut batu bara, yang menurut Gatot dibutuhkan oleh sekitar 96 persen PLTU di Filipina.

Oleh karena itu, ke depannya perlu ada jaminan keamanan untuk kapal pengangkut batu bara. Salah satunya, sambung dia, adalah adanya pengawalan rute khusus. Tak hanya itu, kata Gatot, pengawalan juga dapat dilakukan pada masing-masing wilayah perbatasan dua negara, Indonesia dan Filipina. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER