Jakarta, CNN Indonesia -- Konvoi dengan berkendarakan bajaj merupakan kenikmatan bagi para sopir ini. Perjalanan jauh tak masalah bagi mereka asalkan jalan bersama menuju kampung halaman.
Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal merupakan tujuan kampung halaman untuk pengendara bajaj di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Tak hanya satu kecamatan, namun mereka juga tetangga antar kampung. Hubungan erat yang terjalin sebagai perantau membuat mereka layaknya keluarga.
Tiap tahun jelang Lebaran, mudik menggunakan bajaj sudah menjadi satu ciri khas kumpulan sopir bajaj ini. Memakan biaya yang lebih murah dapat mereka terapkan dengan sistem gotong royong alias patungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kosmin (36), seorang pengendara bajaj, akui tiap tahun mengendarai bajajnya untuk mudik. Ia yang sudah menjadi sopir bajaj sejak 1998 ini sudah mudik Lebaran dengan bajaj dari tahun 2000.
Walau ia tidak berangkat dengan keluarga, namun tujuan mudiknya adalah untuk berkumpul dengan istri dan anaknya. Biasanya, ia tak sendiri. Dalam bajaj warna biru jenis TVS tersebut, ia berangkat dengan tiga kawannya. Kebersamaan ini layaknya gotong royong bagi mereka. Hal ini karena membuat biaya perjalanan semakin murah dan dapat menyetir secara bergantian.
Dengan modal Rp200 ribu sampai kampung halaman dirasanya jauh dari harga tiket bus yang cenderung mahal menjelang Lebaran. Karena dalam satu bajaj berisikan empat orang, mereka melakukan sistem patungan yang seorangnya cukup Rp50 ribu saja.
"Dua ratus ribu itu sudah cukup untuk 15 liter bensin jenis premium dan makan kami untuk sampai ke kampung halaman,"ujarnya di pool bajaj kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (5/7).
Sebagai bajaj berbahan bakar ramah lingkungan dengan BBG, namun untuk perjalanan jarak jauh ke Tegal, mereka mengisinya dengan bensin premium. Meski demikian, bahan bakar bio gas sudah disiapkan oleh para sopir. Biasanya, bahan bakar bio gas ini akan digunakan di kampungnya untuk rekreasi.
Dengan mengisi bahan bakar bio gas sebanyak Rp20 ribu dirasa sudah cukup untuk rekreasi. Bio gas ini mereka isi di pom bensin yang berada di Mampang, Jakarta Selatan.
"Untuk jalannya bajaj kan ada pilihannya mau premium atau bio gas, kita tinggal pilih di mesinnya," ucapnya.
Seru, menjadi alasan tambahan untuk mudik dengan bajaj. Konvoi yang mereka lakukan memang memakan waktu hampir dua hari jika terkena macet. Namun, rasa lelah tidak terasa meskipun menempuh perjalanan panjang. Bahkan, mudik kali ini diikuti oleh 20 bajaj menuju Tegal.
Meski bajaj bukan miliknya, namun ia mengaku pemilik bajaj tidak masalah jika kendaraan beroda tiga tersebut dibawa mudik oleh para sopir. Hal ini disinyalir karena pemilik bajaj lebih takut bajaj hilang jika ditinggalkan di pool.
Biasanya, sopir bajaj sudah berangkat konvoi H-4 dan H-3 Lebaran pada pukul 15.00 WIB. Rombongan terakhir biasanya akan berangkat pukul 03.00 WIB di H-1 Lebaran.
Namun sayang, Kosmin harus melewatkan keseruan mudik bersama bajajnya tahun ini. Ia yang masih melakukan sistem setoran setiap harinya mengaku tidak memiliki cukup uang untuk pulang.
Kosmin mengaku setoran yang harus diberikan pada pemilik bajaj berkisar Rp 110 ribu per hari. Ia biasanya menyetorkan Rp 200 ribu per hari. Namun, biaya bahan bakar sudah menjadi tanggungannya. Begitu pun dengan servis bajaj.
Tak ketinggalan, Norsidik (34) seorang sopir bajaj juga turut melewatkan kegiatan mudik Lebaran. Sama dengan Kosim, ia mengaku tak memiliki cukup uang.
Walau begitu, Norsidik masih dapat menikmati Lebaran bersama istri dan kedua anaknya yang tinggal di Jakarta.
"Kalau saya keluarga sudah di sini jadi bisa Lebaran di sini, tapi ini pertama kalinya saya enggak ikut rombongan mudik," tuturnya.
(pit)