Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan Komando Resor Militer (Korem) 074 Wirastratama Surakarta, Kolonel Maruli Simanjuntak menyebutkan informasi intelijen mengenai rencana aksi teror jelang Idul Fitri, sudah diterima aparat jauh hari sebelumnya.
Menurutnya, walaupun informasi tersebut tidak dapat memastikan waktu dan lokasi sasaran aksi, hal itu telah membuat aparat meningkatkan koordinasi serta kewaspadaan sebagai antisipasi.
"Sudah ada deteksi dini. Makanya kenapa pelaku dicegah anggota provos. Soal koordinasi informasi intelejen sudah kami kordinasikan jauh-jauh hari," ujar Maruli saat dihubungi, Selasa (5/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maruli menjelaskan, pelaku aksi bom bunuh diri seperti di Solo, mengincar kantor kepolisian sebagai sasarannya. Dia berpendapat, berkat deteksi dini informasi intelijen, angka jatuhnya korban dapat ditekan.
Diketahui, ledakan bom bunuh diri terjadi di Mapolresta Surakarta, Solo, Jawa Tengah pada pagi ini. Bom itu diduga dilakukan oleh satu pelaku yang memaksa masuk ke markas kepolisian itu dengan sepeda motor.
Selain itu, dia mengimbau agar masyarakat, terutama Solo, tidak panik dan meningkatkan kewaspadaan.
Pihaknya, kata dia, juga telah membantu memperketat keamanan dan berkoordinasi dari tingkat Polsek, Polres, Korem, Kodim dan Kodam dan Polda Jawa Tengah.
"Polri dan TNI besinergi untuk melakukan pengamanan selanjutnya," ujar Maruli.
Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI, Mayor Jenderal Tatang Sulaiman menambahkan, aparat gabungan TNI-Polri telah bekerjasama untuk mengungkap motif dan dalang dari serangan terhadap markas Kepolisian tersebut.
Dia pun berkata, sebanyak 38.670 personil dikerahkan TNI untuk berjaga di sekitar objek vital yang tersebar di Indonesia. Sedangkan sekitar 2.110 personel dikerahkan untuk memback up Kepolisian dalam pengamanan Kota Solo.
"Pengamanan dilakukan pada titik-titik keramaian dan objek vital daerah," ujar Tatang saat dihubungi.
(asa)