Filipina Minta Menhan Tak Ambil Pusing Urusan Pembebasan WNI

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Rabu, 06 Jul 2016 15:42 WIB
Menteri Pertahanan Filipina meminta Menhan Ryamizard Ryacudu duduk tenang menanggapi kelanjutan proses upaya pembebasan tujuh WNI.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku diminta tenang menanggapi kelanjutan proses pembebasan sandera. (Antara Foto/ Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku diminta tenang oleh Menteri Pertahanan Filipina yang baru, Delfin Lorenzana, menanggapi kelanjutan proses upaya pembebasan tujuh anak buah kapal yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf.

"Menhan yang baru bilang, 'Pak Ryamizard tidur enak saja, kami akan meningkatkan operasi di sini'," ujar Ryamizard di Istana Wakil Presiden, Rabu (6/7).

Tujuh ABK warga negara Indonesia yang disandera merupakan awak kapal tunda Charles 001 dan kapal tongkang Robby 152. Mereka diculik awal pekan lalu saat mengangkut batu bara di Laut Sulu Filipina Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ryamizard mengatakan, Indonesia saat ini hanya perlu memonitor perkembangan yang dilakukan aparat pertahanan Filipina. Menurutnya sekitar tujuh ribu pasukan Filipina telah mengepung kawasan yang menjadi lokasi penyanderaan tujuh WNI.

Setiap hari Indonesia menerima laporan perkembangan gerakan aparat Filipina dan laporan terakhir menyebut tujuh WNI dalam keadaan baik. Oleh karena itu Ryamizard menegaskan Indonesia bakal tetap mengikuti prosedur yang berlaku.

"Kami percayakan saja kepada yang punya rumah," tuturnya.

Ryamizard berharap patroli laut bersama antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia dilakukan dalam waktu dekat. Ketiga negara sebelumnya telah bersepakat, apabila WNI kembali disandera maka TNI bisa masuk mengupayakan pembebasan.

Namun Ryamizard menekankan, latihan bersama diperlukan terlebih dulu sebelum melakukan patroli bersama, sebagaimana telah disepakati menteri pertahanan masing-masing negara.

Kesepakatan itu dibentuk setelah 14 WNI disandera kelompok Abu Sayyaf sebelumnya. Realisasi patroli bersama sempat diduga tersendat karena transisi pemerintahan Benigno Aquino III kepada Rodrigo Duterte pada awal Juli. (gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER