Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan moratorium atau penundaan ekspor batu bara ke Filipina. Moratorium itu dilakukan hingga Filipina memberikan jaminan keamanan bagi kapal yang berlayar di sekitar perairannya.
Menurut Ryamizard, kerja sama bidang keamanan antara Indonesia dengan Filipina belum diterapkan hingga kini. Kerja sama itu salah satunya mengadakan patroli bersama di perbatasan kedua negara oleh TNI dan tentara Filipina.
"Ya, moratorium dilanjutkan. Selama belum ada latihan, tahan (ekspor) dulu. Masih diusahakan keamanannya, kalau sudah (patroli bersama) baru buka," kata Ryamizard di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (1/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, patroli bersama dilakukan setelah kedua negara melakukan latihan gabungan antara TNI dengan tentara Filipina.
"Belum ada joint patrol, itu belakangan. Kan harus ada urut-urutannya, harus dilatih dulu, paling tidak setelah lebaran ada latihan-latihan," katanya.
Peristiwa penyanderaan tujuh warga negara Indonesia di perairan Filipina, menurut Ryamizard, berdampak pada persoalan ekonomi kedua negara. Pasalnya, para anak buah kapal Charles 001 yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf itu mengangkut baru bara.
Sekitar 96 persen pembangkit listrik di Filipina disuplai dari batu bara asal Indonesia. Karena itu, Ryamizard berharap kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Filipina tidak terganggu oleh para perompak.
"Ini adalah masalah ekonomi. Banyak keluar batu bara, ekonomi kita ada tambahan, Filipina juga senang karena listrik mereka bergantung batu bara. Karena untungkan dua pihak, dua pihak juga harus mengamankan," kata Ryamizard.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah melakukan moratorium ekspor batu bara ke Filipina. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot mengatakan jajarannya hanya ingin memperketat keamanan pelaku ekspor batubara.
Ryamizard menyatakan saat ini belum ada perkembangan berarti tentang upaya pembebasan sandera. Terlebih Filipina baru melakukan pergantian presiden. Meski demikian, pihaknya tetap menjalin komunikasi dan koordinasi dalam kasus ini.
"Belum (ada perkembangan). Saya kontak terus dengan Menhan Filipin, belum ada progres. Mereka lagi sibuk, beberapa hari lagi mungkin, tapi Presiden Rodrigo Duterte (presiden baru Filipina) sudah bilang, mereka akan perhatikan sandera itu," kata dia.
(gil)