Ketupat dari Tanah Gusuran

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Kamis, 07 Jul 2016 08:53 WIB
Warga Kampung Aquarium berlebaran di tenda di atas puing reruntuhan bangunan. Korban penggusuran menikmati ketupat lebaran dengan segala keterbatasan.
Warga kawasan Akuarium, Jakarta Utara, memasak ratusan ketupat dan opor ayam untuk santap bersama di Hari Raya Idul Fitri. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rini Ernawati berbaring di balai-balai papan pada siang itu. Sengatan matahari yang menembus gubuk beratap terpal tidak dihiraukannya. Gubuk yang dijadikan dapur umum itu berdiri di atas puing bekas penggusuran.

Sesekali Rini bangun ketika ada orang lain meminta makan. Kemarin, saat sebagian besar Muslim merayakan Idul Fitri, masakan khas Lebaran pun tersaji: ketupat, opor ayam, dan sayur nangka. Dia bersama ibu-ibu lainnya sengaja memasak banyak makanan untuk sajian Lebaran.

Satu per satu warga berdatangan menghampirinya, bersalaman dan saling memohon maaf. Rini merupakan Ibu Ketua RT 012 RW 04 Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Dia cukup disegani di kampung itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini Rini memilih tidak mudik ke Semarang. Dia mendengar kabar kampungnya akan dipagari seng usai Lebaran. Dia berjaga-jaga jika ada penggusuran jilid dua. Walaupun tinggal di gubuk, Rini tak rela jika gubuknya dihancurkan oleh pemerintah. "Takut tendanya roboh, sayang biaya lagi," ujarnya.

Warga lainnya, Sri Rusdiyani, berpandangan sama. Dia mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halaman karena dibayangi ketakutan penggusuran berikutnya. Sri tak ingin gubuk persinggahan terakhirnya diratakan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

"Enggak semua warga pulang kampung. Takutnya kami pulang semua, Satpol PP datang, rumah hancur," kata Sri.

Rini, Sri, dan ratusan warga lainnya melewati Hari Raya Idul Fitri tahun ini di tanah gusuran. Rumah mereka telah rata dengan tanah usai dibuldoser pada 11 April lalu. Setidaknya ada 500 bangunan yang dihancurkan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggap warga Akuarium menempati tanah milik negara.

Warga Kampung Akuarium menikmati ketupat lebaran. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Rini kini tinggal di sebuah gubuk berdinding spanduk bekas. Perempuan 60 tahun itu menetap bersama empat anak dan dua keponakan yatim piatu. Suaminya telah tiada.

Rini tak pernah membayangkan rumah yang disinggahi puluhan tahun bakal digusur. Dia juga tak ingin hidup di atas puing seperti saat ini. "Kami dianggap gelandangan. Ya Allah," ujar Rini.

Siang itu, sebagian warga bercengkrama di dapur umum. Mereka saling bertukar cerita. Kepada Rini, Sri mengatakan bahwa hidup mereka ibarat warga Suriah yang mengungsi akibat perang. Puing, gubuk, tenda, ruang MCK yang dibangun ala kadarnya.

"Tahun depan masih begini atau enggak ya?" tanya Sri membayangkan. "Mudah-mudahan sudah masuk istana, bukan Istana presiden, tapi istana sendiri," ucap Rini menimpali.

Kisah serupa yang tak mengenakkan selama tidur di tenda pun terlontar. Di antaranya soal tikus dan nyamuk.

"Muka saya diinjak-injak tikus waktu tidur, naik-naik ke badan," kata Rini.

Namun Sri berpendapat, "Enggak apa-apa deh tikus banyak asal jangan nyamuk."

Malam sebelum salat Id, Rini sempat mengkhawatirkan merosotnya jumlah jemaah ibadah tersebut. Perkiraannya, kurang dari 40 orang. Apalagi saat memasuki subuh, Kampung Akuarium sempat diguyur rintik hujan. Namun kekhawatiran itu lenyap melihat membludaknya jamaah.

"Tak disangka, tadi Salat Id lebih dari 200 orang yang hadir," ujarnya.

Bagi Rini, kehadiran jemaat menjadi bukti bahwa warga masih bersama-sama dalam tujuan. Rasa persaudaraan, menurutnya, masih terjaga. Rini hanya berharap, rumah dan kampungnya dapat dikembalikan seperti sedia kala.

[Gambas:Video CNN] (sur/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER