Jakarta, CNN Indonesia -- RS Harapan Bunda di Ciracas, Jakarta Timur, hingga tengah malam tadi dikepung orang tua pasien. Mereka marah dan menuntut penjelasan atas masuknya rumah sakit itu ke dalam daftar RS penerima vaksin palsu yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan.
Keramaian di RS Harapan Bunda menyebabkan kemacetan di jalan sekitarnya, dan membuat Direktur Utama RS, dr. Fina, harus menemui para “demonstran” menjelang pergantian hari sekitar pukul 23.00 WIB.
“Kami, pihak RS, turut prihatin. Memang benar di RS Harapan Bunda pernah ada edaran vaksin yang diduga palsu dan sedang diusut Bareskrim Polri. Ini dilakukan oleh oknum yang tak diketahui. Itu temuan hingga hari ini,” kata Fina di RS Harapan Bunda, semalam, seperti dilansir
Detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, RS Harapan Bunda pun merasa kecolongan. “Kami marah dan kecewa terhadap oknum pelaku ini.”
Fina menyatakan akan mengikuti arahan dari Kemkes, dan mengajak semua pihak, termasuk orang tua pasien yang pernah mengimunisasi anaknya di RS Harapan Bunda, untuk menyerahkan dan mempercayakan proses pemeriksaan kepada Badan Reserse Kriminal Polri.
“Kami menunggu arahan karena ini kasus nasional. Kemkes pun sudah menyatakan ini kasus nasional,” kata Finna.
Menurut Fina, vaksin palsu masuk ke RS Harapan Bunda pada periode Maret-Juni 2016. Namun ucapan itu tak lantas dipercaya para orang tua pasien. Mereka menuntut penjelasan lebih rinci soal asal dan jenis vaksin palsu di RS itu.
Vaksin palsu di RS Harapan Bunda, kata Fina, ialah Pediacel yang merupakan vaksin kombinasi untuk difteri (radang tenggorokan), tetanus (infensi luka), pertusis (batuk rejan), polio (radang sumsum tulang belakang), dan haemophillus influenza Hib (meningitis atau radang selaput otak).
Berikut bunyi surat pernyataan RS Harapan Bunda yang dibuat setelah didesak para orang tua pasien:
Sehubungan dengan ditemukannya vaksin palsu di RS Harapan Bunda yang dilakukan oleh oknum tertentu, dengan ini kami pihak RS Harapan Bunda menyatakan akan bertanggung jawab atas biaya vaksinasi ulang untuk pasien yang terbukti telah menerima vaksin palsu dari RS Harapan Bunda.Selain RS Harapan Bunda, RS St. Elisabeth di Bekasi juga didatangi para orang tua yang mengimunisasi anaknya ke rumah sakit itu. Mereka menuntut RS itu membuka posko informasi terkait masuknya RS tersebut ke dalam daftar penerima vaksin palsu.
RS St. Elisabeth berjanji akan menghubungi orang tua pasien satu per satu, dan menerima semua masukan dari mereka. RS juga akan berkomunikasi dengan Ikatan Dokter Spesialis Anak dan Ikatan RS Swasta.
RS St. Elisabet mengakui CV Azka Media merupakan pemasok vaksin mereka sejak November 2015 hingga Juni 2016. CV Azka Media disebut Polri dan Kemkes sebagai penyalur vaksin palsu, dan ada dua jenis vaksin dari pemasok itu yang digunakan oleh RS St. Elisabeth.
Salah satu orang tua pasien, Bryan Alexanders, menyebut anaknya yang kini berusia lima tahun, selalu diimunisasi di rumah sakit itu dengan harga mahal, sekitar Rp700 ribu-800 ribu per vaksin.
Selain RS Harapan Bunda dan RS St. Elisabeth, 12 rumah sakit lain yang masuk daftar penerima vaksin palsu adalah RS Dr. Sander Batuna, RS Bhakti Husada, RS Sentra Medika, RSIA Puspa Husada, RS Karya Medika, RS Kartika Husada, RSIA Sayang Bunda, RSU Multazam Medika, RS Permata Bekasi, RSIA Gizar, RS Hosana Medica Lippo Cikarang, dan RS Hosana Medica. Kedua belas rumah sakit itu berada di Bekasi, Jawa Barat.
[Gambas:Video CNN] (agk)