Dinkes Bekasi akan Datangi Seluruh RS Penerima Vaksin Palsu

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Jumat, 15 Jul 2016 09:39 WIB
Dari 14 RS yang masuk daftar penerima vaksin palsu, 13 di antaranya berlokasi di Kabupaten dan Kota Bekasi, sedangkan satu sisanya di Jakarta Timur.
RS St. Elisabeth di Bekasi didatangi para orang tua pasien. (Dok. Bryan Alexanders)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat, akan mengecek langsung ke rumah sakit-rumah sakit di wilayah mereka yang masuk daftar RS penerima vaksin palsu. Daftar itu diumumkan langsung oleh Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, kemarin.

Dari 14 RS yang masuk daftar tersebut, 13 di antaranya berlokasi di Kabupaten dan Kota Bekasi, sedangkan satu sisanya di Jakarta Timur. Tak pelak Bekasi menjadi sorotan.

“Respons kami adalah melakukan verifikasi terkait kebenaran kabar tersebut dengan mendatangi satu per satu rumah sakit yang dimaksud,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tety Menurung, seperti dilansir Antara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa di antara rumah sakit yang akan didatangi Dinkes Kota Bekasi ialah RSIA Sayang Bunda di Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara; RS Permata di Kecamatan Mustikajaya; RS Elisabeth di Kecamatan Narogong, Bojong Rawalumbu; dan RS Hosana Medica Bekasi di Jalan Pramuka, Kecamatan Rawalumbu.

Rumah sakit-rumah sakit itu diduga menyuntikkan vaksin palsu jenis antitetanus serum (infeksi luka), antidifteri serum (radang tenggorokan), antibisa ular, dan purified Protein derivative (tuberkulosis). Keempat jenis vaksin itu, jika asli, berharga cukup mahal dan bukan vaksin dasar yang diberikan gratis oleh pemerintah.

“Vaksin antitetanus serum kalau dijual seharga Rp115 per kemasan, antidifteri serum Rp868 ribu per kemasan, dan antibisa ular Rp430 ribu per kemasan. Harga itu belum termasuk PPN (pajak pertambahan nilai) dan ongkos distribusi,” ujar Tety.

Mahalnya vaksin-vaksin itu lantas membuat pemasok vaksin palsu menjual vaksin abal-abal mereka dengan harga jauh lebih murah, sekitar Rp300-400 ribu dari harga normal.

Sepasang suami istri yang merupakan warga Perumahan Kemang Pratama Regency Kota Bekasi, Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina, telah ditetapkan Kepolisian sebagai tersangka dalam kasus vaksin palsu.

Dinkes Kota Bekasi berpendapat, upaya verifikasi soal vaksin palsu di berbagai rumah sakit di Bekasi merupakan pekerjaan berat yang membutuhkan proses panjang.

“Kami akan menelusuri sejak kapan dia (manajemen rumah sakit) memesan vaksin itu, serta siapa saja konsumennya,” kata Tety.

Selain deretan rumah sakit yang masuk daftar penerima vaksin palsu, sekitar 300 klinik yang beroperasi di Kota Bekasi juga akan diverifikasi oleh dinkes setempat.

“Kalau tidak segera kami cek, khawatir data dan bukti perihal tudingan penggunaan vaksin palsu sudah dimusnahkan,” ujar Tety.

Ia mengatakan penggunaan vaksin palsu berbahaya bagi kesehatan. “Bahaya sekali. Kalau daya tahan tubuh anak kuat, mungkin masih bisa aman. Kalau tidak, bisa berbahaya.”
[Gambas:Video CNN]

Segera vaksin ulang

Dinkes Kota Bekasi juga mengimbau kepada anak-anak yang sempat menjalani imunisasi di rumah-rumah sakit yang masuk daftar penerima vaksin palsu, untuk segera melakukan imunisasi ulang.

Dinkes mengakui sulit mendata satu per satu korban penerima vaksin palsu karena hal itu membutuhkan tenaga dan biaya tinggi, serta waktu panjang.

Menurut Tety, penelusuran soal vaksin palsu sesungguhnya telah dilakukan Dinkes Kota Bekasi jauh sebelum Menkes mengumumkan daftar rumah sakit penerima vaksin palsu, kemarin.

Terkait RS Hosana Medica Bekasi misalnya, ujar Tety, rumah sakit itu menerima pasokan obat dari distributor tak resmi. Distributor itu tak dikenal dan tak masuk dalam daftar Dinkes.

Untuk mencegah bencana serupa terulang, Tety meminta masyarakat lebih waspada dengan mengecek tiap vaksin yang hendak diberikan kepada anak-anak mereka.

Sementara itu, Menkes Nila mengatakan investigasi terhadap penyebaran dan peredaran vaksin palsu belu menyeluruh karena Kepolisian baru menyelidiki terbatas di daerah-daerah tertentu. Penyelidikan, kata dia, akan terus diperluas.
Sebanyak 14 rumah sakit penerima vaksin palsu yang diumumkan Kemkes, belum seluruhnya. Keempat belas RS itu merupakan rumah sakit yang menerima vaksin palsu dari pemasok yang memang telah diselidiki oleh Badan Reserse Kriminal Polri.

Untuk rumah sakit-rumah sakit lain, Nila mengatakan belum bisa membeberkannya karena mengusutan masih berlangsung.

Empat belas rumah sakit yang menerima vaksin palsu ialah RS Dr. Sander Batuna, Cikarang; RS Bhakti Husada, Cikarang; RS Sentra Medika, Cikarang; RSIA Puspa Husada, Bekasi; RS Karya Medika, Bekasi; RS Kartika Husada, Bekasi; RSIA Sayang Bunda, Bekasi; RSU Multazam Medika, Bekasi; RS Permata Bekasi; RSIA Gizar, Cikarang; RS St. Elisabeth, Bekasi; RS Hosana Medica Lippo Cikarang; RS Hosana Medica Bekasi; dan RS Harapan Bunda, Jakarta Timur. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER