Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan (Kemkes) mengklaim vaksin wajib selalu tersedia dan tak pernah langka. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemkes Maura Linda Sitanggang menyebut, kelangkaan hanya terjadi pada vaksin impor.
"Kami sudah menjamin ketersedian vaksin wajib. Jadi kalau kelangkaan, itu kelangkaan apa? Kalau vaksin impor memang kami ketahui ada kelangkaan," kata Linda kepada wartawan, di Gedung Kemkes, Jakarta, Sabtu (16/7).
Menurut Linda, vaksin impor tersebut langka lantaran situasi ekspor dan impor yang tak menentu. Pemerintah sebenarnya juga sudah menyediakan alternatif vaksin yang sama dari vaksin impor tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin yang sempat langka itu di antaranya Pediacel untuk TPT dan Tripacel untu DPT. Untuk itu, Kemkes menyarankan masyarakat menggunakan vaksin wajib dari pemerintah yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero) yang sudah terjamin keamanan dan ketersediaannya.
Linda mengatakan, vaksin tersebut tersedia dengan harga murah dan kualitasnya tak kalah dengan vaksin impor. "Vaksin Indonesia juga sudah diekspor ke 130 negara," tutur Linda.
Direktur Operasional RS dr Sander Cikarang, Jawa Barat, Desianti Saraswaty mengatakan sempat terjadi kelangkaan vaksin pada periode Februari-Maret 2015. Akibat kelangkaan itu, muncul penawaran dari CV Azka Medical dengan Nomor 027/AM/2015 tertanggal 28 April 2015.
Pemilik CV tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Mabes Polri. Kepolisian sudah menetapkan 23 tersangka dalam kasus vaksin palsu.
Desianti menjelaskan, pembelian vaksin di CV Azka Medical dilakukan karena permintaan kebutuhan vaksin bagi bayi memang selalu tinggi. Pada medio April-Mei 2016 sebelum ramai diberitakan media massa, pihak RS dr Sander B mulai mencium keanehan.
Di antaranya, lanjut Desianti, terlihat dari volume vaksin yang ternyata hanya 0,40-0,45 cc. Seharusnya volumenya mencapai 0,50 cc sebagai antisipasi ada vaksin tersisa ketika dokter membuang udara dalam jarum suntik.
RS dr Sander B lantas melakukan komplain kepada CV Azka Medical. Menanggapi hal itu, perusahaan tersebut mengeluarkan surat jaminan 100 persen keaslian melalui surat benomor 019/AM/06-16 tertanggal 01 Juni 2016.
Namun demikian, RS dr Sander B tetap mempertimbangkan risiko yang ada dan menghentikan pembelian saat itu juga. Sementara terhadap vaksin yang sudah terlanjur dibeli, dilakukan retur atau pengembalian pada 2 Juni 2016.
Sedangkan pembelian lama, seperti pada Juni 2015 yang belum digunakan, pihak rumah sakit melakukan penghancuran pada 22 Juni 2016 karena memang tidak bisa dilakukan retur.
"Jadi, jauh sebelum peristiwa tersebut meledak, kami sudah melakukan langkah-langkah pengamanan," katanya.
Tetap Melakukan VaksinasiTerkuaknya pembuatan dan peredaran vaksin palsu membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta masyarakat tidak takut memberikan vaksinasi kepada anaknya.
"Ke depan, yang mau vaksin lanjutkan saja sesuai jadwal. Vaksin yang sekarang ada insha Allah dari distributor resmi," kata pengurus IDAI Soedjatmiko, di Jakarta, Sabtu (16/7).
Soedjatmiko mengatakan, saat ini petugas kesehatan sudah sangat berhati-hati memberikan vaksin sejak kasus itu terungkap. Soedjatmiko menyarankan agar menggunakan vaksin dari distributor resmi milik Bio Farma.
Vaksin tersebut disediakan oleh pemerintah dalam jumlah banyak dan gratis. Masyarakat juga diminta untuk mengecek nomor maupun izin .
Pemberian vaksin tersebut, menurut Soedjatmiko penting untuk kekebalan tubuh dari wabah penyakit. Vaksin yang dianjurkan pemerintah itu adalah BCG untuk mencegah penyakit TBC, Hepatitis B, Polio, DTP untuk mencegah Difteri, Tetanus, dan Pertusis, dan Campak.
Soedjatmiko juga mengatakan masyarakat tak perlu khawatir jika muncul efek samping seperti benjolan di bagian tubuh. Dalam seminggu, katanya, benjolan itu akan hilang.
(rdk)