Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi Hukum DPR RI Masinton Pasaribu berpendapat bila benar jenazah yang tewas dalam baku tembak dengan polisi di Poso, Sulawesi Tengah, kemarin, adalah Santoso bukan lantas jaringan teroris di Indonesia mati.
Namun, ujar politisi PDI Perjuangan itu hal tersebut bisa mengurai jaringan terorisme Santoso lain yang memiliki ideologi yang sama. “Minimal bisa mengurai kelompok-kelompok jaringan Santoso cs lainnya," ujar Masinton di Gedung DPR Jakarta, Selasa (19/7).
Menurut Masinton, penangkapan Santoso sebenarnya tinggal persoalan waktu. "Penangkapan itu tinggal nunggu waktu, tinggal nunggu waktu hidup atau matinya," ujar Masinton
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masinton mengatakan sebelumnya telah mendapatkan informasi bahwa kelompok Santoso sudah terkepung aparat kepolisian. Selain itu, jaringan logistik Santoso juga sudah semakin menipis.
Ia menambahkan aparat kepolisian dan TNI yang diperbantukan sangat agresif dalam pengejaran buronan jaringan teroris Santoso.
Serupa dengan Masinton, anggota Komisi I DPR Hidayat Nur Wahid mengatakan jika benar yang tewas dalam baku tembak kemarin adalah Santoso maka dapat mereduksi masalah terorisme di waktu mendatang.
Hidayat juga mengatakan peristiwa tersebut membuktikan kinerja luar biasa antara TNI dan Polri.
"Sangat baik ke depan kerja sama TNI dan Polri tidak dibatasi, artinya tentara bisa masuk jika memang diharuskan terlibat dalam penanganan dalam sebuah perkara seperti terorisme," ujar politisi PKS ini.
Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian membenarkan baku tembak antara polisi dan lima orang yang diduga anggota kelompok Santoso di Tanambara, Poso, Sulawesi Tengah.
Baku tembak ini menewaskan dua orang, salah satunya menyerupai Santoso, simpatisan ISIS. Sejumlah ciri-ciri memang menyerupai teroris yang sejak lama menjadi target pemerintah, seperti tahi lalat di dahi dan jenggot.
(obs)