Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku teror di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Medan, IAH, pernah melakukan percobaan membuat bom di rumahnya. Bahkan, tindakannya tersebut diketahui oleh keluarganya.
Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menjelaskan orang tua dari IAH sering bertengkar melihat tingkah anaknya yang merakit bom. Sayangnya, pihak keluarga seakan melakukan pembiaran terhadap aksi anaknya tersebut.
"Bapak dan ibunya tahu anak mereka suka aliran berbau radikal, dia juga pernah membuat bom rakitan di rumah," kata Sutiyoso saat ditemui di Hotel Arya Duta, Senin (29/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya orang tua, Sutiyoso mengatakan bahwa sebenarnya kakak dari IAH pun tahu bahwa anak mereka suka dengan aliran-aliran berbau radikal. Bahkan, sang kakak sering berkelahi dengan IAH karena masalah tersebut.
Sayangnya, tindakan berkelahi yang terjadi antara IAH dan sang adik tak pernah berakhir ke pelaporan ke aparat keamanan. Sama seperti orang tuanya, sang kakak melakukan pembiaran terhadap IAH.
"Kakaknya sangat tahu, bahkan sering berkelahi. Namun dia tak pernah melapor ke aparat," ujar pria yang akrab disapa Bang Yos tersebut.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menyatakan bahwa IAH bukan termasuk jaringan teroris internasional. Namun ia diduga memiliki benih radikal.
“Dari penggeledahan pada ranselnya dan di kosannya, dia terindikasi terobsesi gerakan radikal dan terorisme internasional. Tapi hasil pendalaman, dia tak masuk jaringan terorisme internasional,” kata Sutiyoso.
Informasi itu didapat setelah pelaku yang berinisial IAH diperiksa intensif oleh aparat Kepolisian. Pemeriksaan masih berlangsung sampai saat ini.
Aksi teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Minggu (27/8), terjadi saat pastor Albert S Pandingan hendak menyampaikan khotbah. IAH yang membawa ransel mendekati pastor. Ia, menurut saksi mata, juga membawa senjata tajam.
Saat mendekati pastor, tas yang dibawa pelaku mengeluarkan api dan mambakar tubuhnya sendiri. Pastor berhasil menyelamatkan diri, sedangkan jemaat gereja segera menghubungi polisi.
(ama)