ANALISIS

Mencari Titik Kompromi antara Mega dan Risma

Basuki Rahmat, Aulia Bintang | CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2016 14:06 WIB
Pada satu titik Megawati harus memutuskan pilihan yang tepat. Tarik-ulur hanya tinggal bisa dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat memberi materi pada pembukaan sekolah calon kepala daerah dari PDIP di Depok, Jawa Barat, Selasa, 6 September 2016. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan kadernya yang menjabat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Sekolah Politik PDIP mencuatkan beragam spekulasi.

Megawati yang hingga kini belum menentukan calon gubernur yang bakal diusung dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, sangat ditunggu oleh publik apakah akan mengusung Risma atau menjatuhkan pilihan kepada kandidat petahana Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang bukan merupakan kader PDIP.
Munculnya Risma di acara tersebut memang tak bisa dilepaskan dari statusnya sebagai seorang kader yang sekaligus diharuskan mengikuti sekolah politik PDIP, baik dalam kapasitas sebagai peserta atau pemberi materi. Risma yang dinilai sebagai salah satu kader berprestasi diminta untuk menularkan keberhasilan kepemimpinannya.

Kehadiran Risma juga bisa diartikan sebagai bagian perkenalan dari kandidat yang masuk dalam bursa calon kepala daerah Jakarta, meski status Risma sebagai pemberi materi di satu sisi dapat dipersepsikan tak menguatnya dukungan kepada dirinya dari sang ketua umum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto seakan dibuat mati kutu saat ditanya mengenai status Risma tersebut. Dia berkali-kali menegaskan bahwa status Risma di acara kali ini hanya sebagai pengajar. Tak ada kalimat lain yang keluar dari mulut Hasto selain itu.
Pada kesempatan tersebut untuk kesekian kalinya Risma juga kembali menyatakan keberatannya untuk dimajukan lantaran masyarakat di tempatnya mengabdi tak menginginkan menjadi calon gubernur Jakarta. Risma berargumen, di Surabaya ribuan anak-anak kecil takut jika dirinya pindah ke Jakarta, dan ia tak ingin mengecewakan anak-anak itu.

Dalam acara yang digelar di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, kemarin, itu Megawati pun sempat menyinggung posisi Risma yang sangat dilematis. Di satu sisi dukungan untuk Risma agar dimajukan sebagai calon gubernur Jakarta sangat besar namun di sisi lain muncul penolakan yang kuat dari warga Surabaya.

Megawati juga mengaku merasa kasihan pada Risma karena kerap dikejar-kejar awak media yang dikhawatirkan bisa mengganggu konsentrasi Risma dalam bekerja.

Tarik menarik Risma pada dua kutub selama ini sangat kencang. Kubu yang mendukung Risma untuk dimajukan sebagai calon gubernur Jakarta sangat kuat, baik dari internal PDIP, partai politik seperti PAN, Demokrat, dan PKS, maupun dari berbagai unsur masyarakat ibu kota. Hingga saat ini pun gelombang dukungan sekaligus tekanan kepada PDIP agar mengusung Risma masih terus mengalir.
Peluang untuk Risma diusung oleh Megawati memang masih terbuka meski Ahok beberapa pekan lalu sudah mengeluarkan pernyataan bahwa Megawati telah memberi sinyal positif kepada petahana untuk didukung.

Pada satu titik sebelum batas akhir pendaftaran calon kepala daerah Jakarta pada 21 September 2016, Megawati harus menentukan pilihan, apakah bakal memutuskan mengusung Ahok atau Risma atau bahkan mungkin calon lainnya sebagai calon gubernur. Tarik-ulur hanya tinggal bisa dilakukan dalam beberapa hari ke depan.

Selain dituntut untuk bisa tepat memutuskan siapa calon yang nantinya bakal disokong, Megawati juga harus mampu mengakomodasi segala aspirasi yang selama ini berkembang. Di dalam tubuh PDIP sendiri sudah terbelah, sebagian mendukung Risma dan sebagian lain menghendaki Ahok melanjutkan kepemimpinannya.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Arie Sudjito, menyebut tak ada pilihan lagi bagi Megawati selain menempuh jalan kompromi. Megawati pun saat ini tentunya sudah mempersiapkan nama yang nantinya tinggal dideklarasikannya. “Nanti akan dicari titik kompromi.”

Seperti apakah titik kompromi yang bakal diambil Megawati, termasuk soal Risma yang menjadi bagian dari negosiasi? Masyarakat luas sangat menunggu, dan lebih dari itu pastinya warga Jakarta mengimpikan memiliki gubernur yang ideal.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER