Menghirup Aroma Musiman Hewan Kurban di Tanah Abang

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Minggu, 11 Sep 2016 09:11 WIB
Di atas lahan tidur seluas lapangan sepak bola di Tanah Abang, kotoran sapi dan kambing telah menyatu dengan rumput dan ilalang.
Pedagang hewan kurban menggelar lapak di atas trotoar Jalan KH Mas Mansyur Tanah Abang, Jakarta Pusat. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Belasan sapi diikat di atas lahan seluas lapangan sepak bola. Ukurannya beragam, ada yang gemuk, sedang, dan kurus. Di area yang sama, puluhan kambing dikandangkan. Di balik gedung-gedung bertingkat kawasan Thamrin City, Jakarta Pusat, warga Tanah Abang menjual hewan kurban.

Aroma tak sedap terasa menyengat ketika memasuki lokasi itu. Kotoran sapi dan kambing tampak menyatu dengan rumput dan ilalang. Para pedagang dan pembeli yang datang sepertinya tak menghiraukan bau. Hanya saja beberapa pedestrian yang melewati tempat itu terlihat menutupi hidung mereka.

Amirudin, salah seorang pedagang sapi di lokasi itu mengatakan, bersih-bersih akan dilakukan setelah aktivitas dagang selesai. Senin besok, saat Idul Adha dirayakan, dia berhenti berdagang hewan kurban. Saat itulah lahan tidur tersebut dibersihkan kembali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu nanti dari dinas kebersihan yang akan membersihkan setelah kami selesai dagang," kata Amir di sela aktivitasnya melayani pembeli, kemarin.
Sudah satu pekan Amir berdagang sapi untuk menyambut Idul Adha. Lelaki 52 tahun ini sehari-hari menjual daging sapi dan kambing. Namun dia tidak memelihara hewan kurban tersebut.

Sapi yang dia jual berasal dari Madura dan Blora, Jawa Tengah. Tahun ini, Amir menyediakan 35 ekor sapi. Semuanya sapi lokal. Ada pula sapi limosin tiga ekor, namun ketiganya merupakan pesanan pelanggan.

Amir sendiri lebih memilih sapi lokal dibanding sapi impor. Alasannya, kata Amir, daging sapi lokal lebih berisi ketimbang sapi impor yang memiliki banyak lemak. Harga belinya pun lebih mahal sapi impor.

"Pengadaan sapi impor akan lebih mahal harganya. Produksi Indonesia yang harus kita jual dan diutamakan. Banyak kok sapi Indonesia, kenapa harus impor," ujar Amir.
Lelaki asli Betawi itu menyatakan, hewan kurban yang akan dijual telah diperiksa oleh dinas peternakan. Pemeriksaan itu untuk menjamin hewan kurban dalam kondisi sehat.

"Mereka cek kesehatan hewan, layak atau tidak, pemeriksaan dilakukan pas sapi datang yaitu H-7 Idul Adha," katanya.

Di pagar samping pintu masuk, terpampang spanduk besar bertuliskan "Belilah hewan kurban di tempat penampungan dan penjualan hewan kurban yang telah dperiksa kesehatannya." Spanduk itu berlogo Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta.

Dua hari menjelang hari raya, sapi yang dijual Amir tersisa 15 ekor. Sore itu, dia masih memandikan sapi yang baru saja laku dijual. Sebelum dikirim ke pembeli, sapi itu dibersihkan lebih dahulu.

Lokasi dagang yang digunakan Amir merupakan salah satu tempat yang ditunjuk Pemerintah Administrasi Kota Jakarta Pusat sebagai sentra penjualan hewan kurban di Tanah Abang. Tempatnya berada di samping fly over, Jalan KH Mas Mansyur Kelurahan Kebon Melati.
Tujuh sentra penjualan hewan kurban tersebar di beberapa titik yaitu; Pasar Kambing, Jalan Sabeni, Kelurahan Kebon Melati; Seberang Citywalk, Jalan KH Mas Mansyur, Kelurahan Kebon Melati; Samping Flyover Jalan KH Mas Mansyur, Kelurahan Kebon Melati.

Selain itu ada juga di Jalan Tenaga Listrik, Kelurahan Kebon Melati; Lahan PT SGI (Seberang Hotel Santika), Jalan KS Tubun, Kelurahan Petamburan; Eks Kompleks Auri, Jalan Tanah Rendah, Kelurahan Kampung Bali; Eks Puskesmas, Jalan Danau Toba, Kelurahan Bendungan Hilir.

Keberadaan sentra penjualan hewan kurban ini sesuai Instruksi Gubernur Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pemotongan Hewan Kurban. Dalam ketetapan itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menginstruksikan agar para pedagang tidak berjualan di atas trotoar dan jalan raya. Tujuh lokasi itu dipilih karena dinilai cukup strategis.

Meski pemerintah telah menetapkan tujuh titik yang menjadi sentra, ada pula pedagang yang berjualan di trotoar maupun tepi jalan. Pantauan CNNIndonesia.com, sepanjang Jalan KH Mas Mansyur arah Stasiun Karet hingga Blok A Pasar Tanah Abang maupun arah sebaliknya, banyak digelar tempat penjualan hewan kurban.
Pedagang lainnya, Mulani, mengaku terpaksa menjual kambing di atas trotoar. Hewan kurban yang dia jual diikat di pagar taman pinggir jalan. Dia juga membuat tenda dengan rangka bambu dan beratap terpal.

Mulani menyadari, pemerintah telah melarang warga berdagang di atas trotoar. Larangan itu dibuat karena keberadaan pedagang hewan kurban dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Berbeda dengan Amir, Mulani berjanji akan membersihkan kotoran kambing setiap hari.

"Memang ini dilarang, kami disuruh mundur, enggak boleh bikin kandang. Tapi ya bagaimana lagi, ini terpaksa," katanya.

Selain di trotoar, dia juga menjual kambingnya di dalam gang dekat dengan taman. Jumlah sekitar 35 ekor kambing. Dia menjual per ekor dengan harga antara Rp2-4 juta. "Kambing saya ambil dari Cilacap," katanya.

Tanah Abang memang dikenal sebagai lokasi penjualan hewan kurban. Setiap tahun muncul pedagang musiman kambing dan sapi menjelang Idul Adha. (gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER