Bandung, CNN Indonesia -- Pencarian korban banjir bandang Kabupaten Garut, akan diintensifkan di wilayah Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, hari ini, Rabu (28/9). Humas dan Protokoler Badan SAR Nasional (Basarnas) Bandung, Joshua mengatakan, pencarian di Waduk Jatigede karena disinyalir ada warga Garut terbawa arus Sungai Cimanuk.
Pencarian korban banjir bandang sudah memasuki hari ke delapan atau perpanjang waktu dari batas yang ditetapkan proses pencarian selama tujuh hari.
"Hari kedelapan Tim SAR gabungan akan kembali melanjutkan pencarian terhadap para korban yang belum diketemukan," kata Joshua dikutip dari Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alat yang digunakan tim gabungan terdiri dari delapan unit alat berat, satu unit Excavator Spider milik Basarnas, alat berat milik Zipur, Bina Marga, TNI dan BBWS Cirebon.
Kendaraan operasional pendukung lainnya seperti truk angkut ATV, truk personel, alat komunikasi, dan alat "drone" atau pesawat tanpa awak, juga dikerahkan.
Hasil pencarian tahap pertama tanggap darurat selama tujuh hari menemukan 34 orang meninggal dunia. Korban ditemukan di Kampung Paris, Cimacan, dan sejumlah titik aliran Sungai Cimanuk, juga di kawasan Waduk Jatigede.
Selain korban jiwa, ada juga warga korban banjir yang dilaporkan hilang sebanyak 19 orang.
Bencana banjir bandang akibat luapan Sungai Cimanuk terjadi pada Selasa malam (20/9), menyebabkan permukiman penduduk dan fasilitas umum terendam banjir, bahkan rusak serta terbawa arus banjir.
Sementara itu di Cilegon, Santaf (55), seorang nelayan pesisir Selat Sunda ditemukan tewas akibat cuaca buruk yang melanda perairan itu dalam satu pekan terakhir. Santaf merupakan warga Kosambi Ronyok, Kabupaten Serang.
Kepala Subdirektorat Penegakkan Hukum Direktorat Polisi Air Banten Ajun Komisaris Besar Noman Trisapto mengatakan, peristiwa kecelakaan laut yang merenggut nyawa Santaf terjadi akibat gelombang tinggi disertai angin kencang. Hal itu menyebabkan perahu milik Santaf berukuran panjang 2,5 meter dan lebar 1 meter tenggelam.
Dalam sepekan terakhir, cuaca di perairan Selat Sunda bagian utara Provinsi Banten kurang bersahabat bagi nelayan. Apalagi sebagian besar nelayan pesisir Selat Sunda menggunakan perahu kecil yang tidak tahan menghadapi gelombang setinggi 2,5-3,0 meter.
Santaf pergi melaut pada Minggu (25/9) di Pantai Anyer dengan menggunakan perahu kincang bermotor mesin tempel menuju Pantai Pulau Ular. Namun sejak dua hari terakhir korban tidak kembali dan kemungkinan mengalami kecelakaan laut.
Mendapat informasi nelayan menghilang, petugas melakukan penyisiran di sekitar Perairan Selat Sunda dan ditemukan jenazah Santaf di sekitar pantai Pulau Ular, Selasa (27/9) sore.
"Petugas langsung mengevakuasi mayat Santaf untuk dilarikan ke rumah sakit Cilegon," kata Noman.
Saat ini, jenazah Santaf sudah diambil oleh keluarga untuk dimakamkan di kampung halaman dan tidak dilakukan autopsi.
(rdk/rdk)