Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi akan menelusuri tempat pelaku penyerangan polisi Tangerang, Sultan Aziansyah, mendapat pemahaman radikal di Ciamis, Jawa Barat. Kasus penyerangan memang sudah dihentikan karena pelaku sudah meninggal dunia.
Namun menurut Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan, penyidik merasa perlu untuk mendalami hal lain terkait Sultan.
"Kami akan berangkatkan tim ke Ciamis," kata Iriawan di Tangerang, Banten seperti diberitakan Detikcom, Jumat (21/10).
Lokasi pesantren tempat Sultan dulu pernah belajar juga sudah diketahui. Iriawan mengaku sudah berkoordinasi dengan Polda Jawa Barat karena Ciamis berada di luar wilayah hukum Polda Metro Jaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan dua kakak kandung Sultan yang juga anggota Polri, laki-laki 22 tahun itu diketahui pernah hilang beberapa bulan. Ia ditemukan berada di Ciamis dan belajar di pesantren tersebut. Saat itu keluarga memutuskan untuk membawa pulang Sultan.
Pengamat teror dari The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan, Sultan pernah belajar di pesantren yang diasuh oleh Fauzan al Anshori.
Menurut Harits, Fauzan berafiliasi ke ISIS. Fauzan telah meninggal akhir tahun lalu dan pesantren yang didirikannya juga sudah bubar.
"Anggotanya banyak ditangkap dan sekarang tinggal sekitar lima sampai enam orang," kata Harits.
Mereka yang tersisa saat ini tersebar dan tidak membentuk kelompok tertentu.
Sultan menyerang tiga orang anggota Polisi di Kota Tangerang kemarin menggunakan senjata tajam. Salah satu yang jadi korbannya adalah Kapolsek Tangerang Komisaris Effendi.
Sultan baru menghentikan aksinya setelah ditembak kaki dan perutnya. Sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang, Sultan akhirnya tewas saat akan dibawa ke RS Polri. Polisi menyebut Sultan tewas karena kehabisan darah.
Jenazahnya kini sudah dimakamkan di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang tanpa diautopsi setelah mendapat persetujuan keluarga.
(sur/rdk)