Percikan Jiwa Munir dalam Nada

M Andika Putra | CNN Indonesia
Selasa, 25 Okt 2016 07:06 WIB
Lagu yang berjudul Di Udara dan tanda pagar #melawanlupa bukti bahwa sebagian pihak di Indonesia masih mencari kebenaran di balik kematian Munir.
Lukisan bergambar aktifis Munir di kantor Kontras, Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah 12 tahun berlalu sejak kematian seorang aktivis bernama Munir Said Thalib pada 7 September 2004. Munir dibunuh dengan cara diracun dalam penerbangan Jakarta ke Amsterdam saat hendak melanjutkan studinya di Belanda.

Pesawat Garuda Indonesia (GA-974) dan kursi dengan nomor 40 G menjadi saksi bisu kematian pria Jawa Timur itu. Saat itu Pollycarpus merupakan salah seorang pilot pesawat tersebut.

Kematian itu tak pernah dilupakan oleh berbagai pihak. Sejak saat itu, banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terus memperjuangkan terbukanya kebenaran dibalik terbunuhnya Munir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka pun menjadikan Munir sebagai sosok pejuang dalam membantu korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) merupakan salah satu lembaga yang paling konsisten melakukan hal itu.
Seiring berjalannya waktu, bukan hanya LSM yang peduli pada kasus kematian Munir. Band Efek Rumah Kaca (ERK) menunjukkan kepedulian mereka lewat lagu yang berjudul 'Di Udara'. Gita yang menggambarkan sosok Munir secara utuh.

Bukan tanpa alasan ERK membuat gita Di Udara. Vokalis ERK yang juga menulis lirik lagu tersebut Cholil Mahmud menilai, Munir adalah sosok yang harus diketahui banyak orang. Ia merasa perlu menyampaikan sosok Munir lewat bidang yang ia tekuni. Yaitu musik.

Secara natural Cholil menuangkan pandangannya tentang Munir dalam lagu Di Udara. Lagu itu terdapat dalam album bertajuk Efek rumah Kaca yang dirlia pada 2007 silam.

Film dokumenter Garuda's Deadly Upgrade tentang kematian Munir menjadi salah satu inspirasinya dalam menulis lirik. "Setelah nonton film itu, saya merasa terpanggil untuk menyuarakan cerita tentang Munir dan perjuangannya. Bidang ERK adalah musik, kami menyampaikan melalui musik," kata Cholil saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

Seperti itu penggalan lirik lagu Di Udara. Sepercik jiwa Munir seakan bersarang pada lagu itu. Penggemar ERK selalu menyanyikan lagu itu dari awal sampai akhir dengan semangat. Itu menjadi bukti bahwa lagu Di Udara bisa dinikmati penggemar ERK.
Cholil percaya musik masih memiliki dampak yang besar dalam berbagai hal. Seperti dampak lagu Di Udara terhadap pengemar ERK. Ia pun senang bisa membuat api Munir terasa lewat lagu ini.

Bahkan lewat lagu ini, ada penggemar ERK yang baru mencari tahu tentang Munir. "Ada beberapa orang yang memang baru tahu munir setelah lagu Di Udara. Musik punya peranan untuk membuka pikiran seseorang," kata Cholil.

Pendapat Cholil disetujui oleh salah satu penggemarnya yang bernama Alief Ridwan (18). Ia mengenal ERK sejak duduk di bangku Sekolah Menangah Atas (SMA). Menurutnya, lagu Di Udara menjadi lagu wajib yang harus dibawakan ERK setiap tampil.

"Pertama dengar lagu Di Udara saya langsung browsing tentang Munir. Secara keseluruhan lagu itu menggambarkan semangat Munir. Kadang saya suka merinding kalau ikut nyanyi lagu itu ketika dibawakan ERK walau sudah berkali-kali," kata Alief saat ditemui oleh CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Stiker terkait penculikan tertempel di kantor Kontras, JakartaStiker terkait penculikan tertempel di kantor Kontras, Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Melawan Lupa

Percikan jiwa munir tak hanya bersarang dalam gita. Tanda pagar #melawanlupa yang diinisiasi oleh KontraS juga menjadi tempat bersarangnya percikan jiwa Munir. Tanda pagar itu masih ramai lalu lalang di dunia maya hingga saat ini.

Ketua KontraS Haris Azhar mengaku, awalnya tanda pagar itu tidak dikhususkan untuk Munir. Tetapi untuk pengingat bahwa mereka tak pernah lupa dengan kasus-kasus pelanggaran HAM. Terutama untuk kasus kejahatan yang tak pernah terbongkar, dan para pelaku bebas hukuman atau impunitas.

Ia menilai kasus Munir bagai puncak dari gunung es. Sehingga orang selalu mengingat kejadian Munir ketika melihat tanda pagar #melawanlupa.

"Personifikasi seperti itu tidak apa-apa, karena kami butuh penopang untuk #melawanlupa. Tanda pagar itu cukup masif di sosial media," kata Haris saat ditemui di rumahnya oleh CNNIndoesia.com beberapa waktu lalu.
Tak jauh berbeda dengan lagu Di Udara, tanda pagar itu juga membuat pengguna sosial media penasaran. Beberapa pengguna sosial media ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik #melawanlupa.

Seperti Dyah Tyas Lestari (19) yang mengaku sebagai pengguna aktif sosial media. Menurutnya anak muda saat ini cukup bergantung pada sosial media. Sehingga ingin mengetahui segalanya yang terjadi di sosial media.

"Tanda pagar itu hampir selalu ada pada sesuatu yang berbau Munir di sosial media. Makanya saya penasaran siapa sih Munir itu. Setelah tahu, saya rasa tanda pagar itu identik sekali sama Munir," kata Dyah saat ditemui oleh CNNIndonesia.com.

Haris mewajarkan bila ada beberapa millennial generation yang mengetahui Munir lewat sosial media. Akses yang mudah untuk berselancar di sosial media menjadi salah satu faktor.

"Saya melihat anak muda urban mungkin mentgetahui Munir berangkat dari tanda pagar dulu. Kalau ditarik ke belakang 12 tahun lalu, berarti masih Sekolah Dasar dan saat itu sosial media belum terlalu mudah diakses buat mereka," kata Haris.

Menurut Haris, peran sosial media saat ini sangat membantu kampanye soal kematian Munir. Dengan meng-upload ke berbagai akun sosial media, pengguna sosial media dengan cepat merespon.
Percikan Jiwa Munir Dalam NadaImparsial desak pemerintah adili aktor intelektual di balik kasus itu. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Jiwa Munir seakan selalu beredar di dunia maya. Dengan mudah pengguna sosial media bisa mengetahui sosok Munir.

Pada akhirnya, sosial media juga digunakan oleh orang-orang yang ingin berekspresi menanggapi sosok Munir.

"Begitu Munir meninggal, momen dunia digital mulai berkembang. Itu memudahkan orang yang pro pada Munir terbantu dengan ekspresi," kata Haris Azhar.

Seorang Munir Said Thalib seakan tak pernah terlupakan bagi beberapa pihak di Indonesia. Seperti penggalan lirik lagu Di Udara yang berbunyi "tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti". (rel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER