BNPT: Pelaku Teror Tangerang Bukan Lone Wolf

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Selasa, 25 Okt 2016 12:25 WIB
Menurut Kepala BNPT Suhardi Alius, Sultan terhubung dengan jaringan teror. Ini bisa dilihat saat Sultan mengunjungi Aman Abdurrahman di Nusakambangan.
BNPT menyebut pelaku penyerangan anggota polisi di Tangerang bukan pemain tunggal. (ANTARA FOTO/Lucky R)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius menilai pelaku penyerangan pada anggota polisi di Tangerang tak bisa dikatakan sebagai pelaku tunggal atau lone wolf.

"Kalau dia sudah punya akses (ke jaringan teroris) berarti bukan lone wolf," kata Suhardi di Jakarta, Selasa (25/10).
Predikat lone wolf dinilainya tidak bisa digunakan meski pelaku, Sultan Aziansyah, melaksanakan aksinya sendirian.

Suhardi mengatakan, mungkin benar Sultan mempelajari cara membuat bom lewat internet. Namun harus dipertimbangkan juga pengaruh yang didapatkan Sultan dari jaringan Aman Abdurahman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akses Sultan ke jaringan radikal terdeteksi sejak dia mengunjungi Aman di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Aman selama ini disebut sebagai pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (SISI) Asia Tenggara.
Di Indonesia, jaringan Ansharut Daulah diduga terkait dengan kelompok teror yang berada di Timur Tengah tersebut. Sultan disebut Kepolisian sebagai anggota jaringan itu.

"Yang jelas ada koneksi. Ini kewaspadaan karena semua sel bisa masuk (mempengaruhi) siapa saja," kata Suhardi.

Walau demikian, ketika ditanya apakah ada garis komando yang memerintahkan Sultan melakukan aksi, Suhardi belum bisa memastikan.

"Terpengaruh itu bukan berarti dia pemimpinnya, bukan. Tapi nanti dilihat selnya, masih didalami Polri dan BNPT," kata Suhardi.

Suhardi juga mengimbau masyarakat agar terus waspada karena paham radikal bisa masuk ke orang-orang sekitar. Mereka yang sudah terpengaruh, bisa menyerang siapa saja termasuk anggota kepolisian.

Sultan menyerang tiga anggota Kepolisian yang sedang bertugas di Tangerang menggunakan senjata tajam. Dia sempat melemparkan bom pipa, tapi tidak meledak.

Akhirnya, dia berhasil dilumpuhkan setelah tiga peluru bersarang di paha dan perutnya. Nyawanya tidak terselamatkan karena kehabisan darah dalam perjalanan dari RSUD Tangerang ke RS Bhayangkara Kramat Jati Jakarta.

Sebelumnya sejumlah pengamat menyebut aksi Sultan di Tangerang itu adalah fenomena lone wolf. Ia bergerak sendiri dalam aksinya tanpa didukung atau direncanakan oleh kelompok tertentu.

Sultan disebut mendapat pemahaman radikal dari kelompok Ciamis yang dipimpin Fauzan Al Ashori. Kelompok ini sudah bubar dan sejumlah anggotanya sudah tewas. Fauzan sendiri sudah meninggal akhir tahun lalu. 

Polisi berencana menelusuri keberadaan kelompok ini di Ciamis. Sisa-sisa anggota ini diduga masih ada namun tidak membentuk kelompok tertentu.

(sur/agk)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER