Aksi Iwan Bule dan Pilkada DKI Jakarta

Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Sabtu, 29 Okt 2016 11:28 WIB
Irjen Mochamad Iriawan dinilai bertanggung jawab mengamankan Pilkada DKI Jakarta karena ibu kota menjadi salah satu daerah yang rawan kekerasan saat Pemilu.
Irjen Mochamad Iriawan bertanggung jawab mengamankan Pilkada DKI Jakarta 2017. Jakarta salah satu wilayah dengan potensi kekerasan yang diwaspadai saat Pemilu. (Foto: safir makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Goresan tanda tangan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian di atas surat telegram pada 16 September 2016 mengantarkan Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan ke pucuk pimpinan Polda Metro Jaya. Ia dititipkan tugas mengamankan rangkaian tahapan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Tugas itu bisa jadi tidak mudah. Pasalnya, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Mabes Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) terhadap 101 wilayah yang menggelar Pilkada Serentak 2017, Jakarta termasuk daerah rawan.

Kerawanan disebut karena persaingan antarpasangan calon yang dinilai ketat. Keamanan Jakarta dalam penyelenggaraan pilkada juga disebut menjadi barometer bagi 100 wilayah lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iwan Bule, panggilan akrab Iriawan, memulai strategi mengamankan tahapan Pilkada DKI 2017 dengan mengajak Badan Pengawas Pemilu DKI Jakarta untuk duduk bersama pada 6 Oktober. Kedua pihak itu berkoordinasi soal penindakan pelanggaran pilkada.

Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti mengatakan peran sentra penegakan hukum terpadu (Gakkumdu) harus ditingkatkan. Kepolisian bersama kejaksaan yang merupakan unsur sentra Gakumdu pun harus memiliki visi dan misi yang sama dalam penanganan pelanggaran pemilu.

Iwan Bule pun tak berhenti di situ saja. Dia pun membahas strategi pengamanan tahapan Pilkada DKI pada 12 Oktober. Ketika itu, ia mengundang seluruh tim sukses tiga bakal pasangan bakal calon yang telah mendeklarasikan diri. Dalam pertemuan tersebut lahir kesepakatan untuk menghindari isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) demi menciptakan kondisi yang aman dalam Pilkada 2017.

Potensi terjadinya konflik dalam penyelenggaraan tahapan Pilkada DKI 2017 juga berusaha diredam Iwan Bule dengan menemui Panglima Daerah Militer (Pangdam) Jaya Mayor Jenderal Teddy Lhaksamana pada 26 Oktober.

Dalam pertemuan itu, Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya sepakat akan saling bertukar informasi mengenai situasi keamanan di Jakarta. Pertukaran informasi ini akan dilakukan mulai dari tingkat pimpinan hingga paling bawah.

Aksi Anti Ahok

Iwan Bule dan Teddy pun bertolak menuju pondok pesantren milik Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

Pertemuan ketiganya menghasilkan sepuluh poin terkait dengan aksi unjuk rasa menuntut hukuman pada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 4 November. Akhirnya disepakati bahwa rute aksi unjuk rasa akan dimulai dari Masjid Istiqlal menuju Istana Negara.

Terakhir, pada 27 Oktober, Iwan Bule mengumpulkan jajarannya untuk bertemu Bawaslu DKI Jakarta, Komisi Pemiihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, pemimpin partai politik, dan tim sukses pasangan calon di Markas Polda Metro Jaya.

Iwan Bule mengajak seluruh elemen penyelenggara dan peserta pilkada mewujudkan kompetisi yang sehat dengan menjalani tahapan kampanye dengan damai.

"Mari kita jalani kampanye beretika, santun dan menyejukkan masyarakat," katanya.

Ia mengatakan dirinya percaya, masa kampanye di Jakarta dapat berlangsung damai. Sebab, menurutnya, karakter masyarakat Jakarta berbeda dengan daerah lain yang cenderung lebih mudah tersulut bara konflik.

"Kalau di Jakarta sudah cerdas. Masyarakat bisa menilai. Mana yang benar dan tidak," katanya.

Mulai 28 Oktober, masa kampanye Pilkada DKI akan dimulai hingga 11 Februari 2017. Upaya Iwan Bule pun akan dibuktikan, apakah mampu meredam segala potensi kericuhan di Jakarta atau tidak. (asa/asa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER