Badung, CNN Indonesia -- Sidang Umum Interpol ke-85 akan digelar di Nusa Dua, Bali, Senin besok. Jelang kegiatan yang akan dihadiri 167 perwakilan negara itu, Polri mewaspadai potensi teror berskala nasional hingga internasional.
Kepala Bagian Pembinaan Operasi Kepolisian Daerah Bali Ajun Komisaris Besar Wayan Sri mengatakan, setiap negara tidak terbebas dari ancaman terorisme. Ia mencontohkan, Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) telah berjejaring dengan kelompok radikal di Indonesia.
"Kami tidak bisa mengesampingkan masalah terorisme. Belum ada satu negara pun yang bisa mengatakan tidak ada masalah terorisme," kata Wayan di Nusa Dua Bali Convention Center, Minggu (6/11).
Wayan menuturkan, Polri juga akan fokus mengawasi hubungan sejumlah negara yang saat ini saling bertentangan secara politik. Tata letak tempat duduk para delegasi menjadi salah satu cara mencegah memanasnya sidang interpol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pihak Divisi Hubungan Internasional sudah mempersiapan situasi ini dan diikuti Polda Bali," ujarnya.
Sementara itu, Wayan menyebut kepolisian juga memantau sel-sel teroris lokal. Pro dan kontra atas sejumlah kebijakan Presiden Joko Widodo disebutnya dapat menyulut gangguan keamanan.
Tak hanya itu, persoalan proyek reklamasi Teluk Benoa dan bentrokan antarorganisasi masyarakat pun masuk daftar potensi ancaman sidang interpol.
Merujuk agenda, Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan akan membuka sidang umum interpol Senin besok. Setelah menunda kunjungan ke Australia, Presiden Joko Widodo diprediksi juga akan menghadiri acara berskala global tersebut.
Hingga kini, tercatat sudah ada 167 delegasi negara yang dipastikan menghadiri sidang umum interpol di Bali. Dari angka itu, 161 perwakilan berstatus sebagai perserta, sementara sisanya hanya menjadi pemantau.
Secara keseluruhan, terdapat 1.200 orang yang akan datang ke hajatan besar itu. Polda Bali mengerahkan setidaknya 3.801 personel untuk mengamankan Nusa Dua.
(abm/sur)