JK: Indonesia Tak Imun Radikalisme

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Senin, 07 Nov 2016 13:07 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan perkembangan teknologi mempermudah penyebaran radikalisme lewat Internet.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan perkembangan teknologi mempermudah penyebaran radikalisme lewat Internet. (CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sidang Umum Interpol ke-85 yang diselenggarakan di Bali, resmi dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (7/11). Isu terorisme menjadi sorotan dalam perhelatan internasional ini.

Dalam pidatonya, Kalla yang menggantikan Presiden Joko Widodo mengatakan terorisme, yang merupakan kejahatan luar biasa, penting untuk dibahas di skala internasional. Alasannya, kejahatan ini sudah sangat besar dan tak mengenal batas negara.

Dia mengatakan Indonesia adalah salah satu negara yang diakui internasional dalam penanggulangan terorisme. Walau demikian, masalah ini tidak bisa sepenuhnya diselesaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perkembangan teknologi mempermudah penyebaran radikalisme lewat Internet," kata Kalla. "ISIS adalah salah satu contoh bagaimana bahkan Indonesia sekali pun tidak imun terhadap radikalisme."

ISIS, atau Negara Islam Irak dan Suriah adalah kelompok teror yang berasal dari Timur Tengah. Keberadaan jaringan itu di Indonesia setidaknya terdeteksi sejak 2014 lalu.

Untuk mengatasi masalah terorisme, kata Kalla, diperlukan kerjasama dalam pertukaran informasi dan intelijen antar negara. Dia mendorong negara-negara anggota Interpol agar dapat memanfaatkan sidang umum ini untuk menjalin kerjasama lebih baik.

"Sekali lagi saya tegaskan, terorisme tantangan besar bagi dunia," ujarnya. "Pemerintah Indonesia siap berkontribusi."

Penegakan Hukum

Hal ini juga disampaikan oleh Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian. Dia menyinggung banyaknya warga di dunia yang telah bergabung dengan ISIS.

"ISIS terus berkembang di negara kami seiring dengan kemajuan teknologi. Kita harus fokus dan memperhatikan pencegahan dan penegakan hukum," kata Tito.

Dia mempersilakan semua pihak yang hadir dalam sidang umum untuk saling berbagi, belajar satu sama lain untuk mengatasi kejahatan transnasional.

Data dari panitia menunjukkan ada total 1.360 peserta yang terdaftar menghadiri acara ini. Mereka berasal dari 162 negara dan tiga sub-biro anggota Interpol. (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER