Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Satuan Tugas Tinombala, Rabu (14/9), menangkap Nurmi Usman alias Oma, istri pentolan kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur, Basri. Hari ini, Basri yang disebut bakal jadi pengganti Santoso juga ditangkap.
"Hari ini jadi ada tiga orang, satu meninggal dunia, dua tertangkap: Basri dan istrinya," kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi di Markas Besar Polri, Jakarta.
Kronologi penangkapan yang disampaikan polisi berubah-ubah sejak pagi tadi. Semula, polisi menyebut Oma belum berhasil ditangkap, tapi kini Rudy mengatakan perempuan itu ditangkap lebih dulu daripada suaminya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Istrinya itu satu jam setelah ditemukan jenazah Andika, baru kami bertemu dengan istrinya, lalu Basri," ujarnya.
Selain itu, Rudy juga mengatakan seorang teroris lainnya, Andika, tidak tewas karena ditembak. Pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat, tewas karena kepalanya terbentur batu saat hendak menyeberangi sungai.
"Sudah diperiksa di rumah sakit, tidak ada luka tembak tapi akibat benturan hanyut di sungai. Itu pun ketika Basri diperiksa sama persis," ujarnya.
Dalam peristiwa itu, senjata mereka turut hanyut dan menghilang.
Saat menyeberang, sebenarnya ada empat orang dari kelompok tersebut. Satu orang lagi yang bernama Sabron, disebut Rudy melarikan diri dan sedang dicari.
Basri alias Bagong adalah orang terpenting kedua di MIT setelah Santoso alias Abu Wardah. Pimpinan teroris yang bertanggungjawab atas serangkaian serangan pada masyarakat dan polisi Poso itu lebih dulu tewas di tangan petugas gabungan Polri dan TNI.
Tangan kanan Santoso ini rencananya akan diangkat menjadi pimpinan yang baru, jika tidak tertangkap. Kini, polisi masih mengejar orang ketiga terpenting yang bernama Ali Kalora.
Meski menempati posisi penting, Polri meyakini Ali tidak seperti Santoso dan Basri yang dinilai sangat berbahaya. Kelompok ini dinilai sudah sangat melemah dan hanya tersisa belasan orang.
(sur)