Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi memburu dua aktor intelektual yang diduga sengaja mendalangi kerusuhan di Penjaringan, Jakarta Utara, usai demo anti Ahok di kawasan Istana Merdeka, Jumat malam pekan lalu.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Yuldi Yusman mengatakan, dua nama aktor intelektual itu telah diketahui. Diduga, mereka memprovokasi massa untuk berbuat rusuh.
"Beberapa pelaku mengaku disuruh oleh seseorang untuk melakukan itu. Ada dua kelompok yang disuruh, kalau pelaku lainnya mengaku cuma ikut-ikutan," kata Yuldi di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat pada Senin (7/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, Polres Jakarta Utara telah menetapkan 11 orang sebagai tersangka kerusuhan di Penjaringan. Menurutnya, usai kejadian, petugas menangkap 16 orang. Setelah diperiksa, lima diantaranya dinilai tak terbukti terlibat sehingga dipulangkan.
Dalam pemeriksaan, mereka yang diamankan mengaku hanya ikut-ikutan saja. "Mereka ini semuanya warga Penjaringan. Ada yang dari Kampung Luar Batang, Sunda Kelapa, Pasar Ikan," ujar Yuldi.
Menurutnya, penangkapan dilakukan berdasarkan lima laporan yang diterima polisi, yakni dua laporan dari pihak mini market, satu laporan dari wartawan media elektronik yang mengalami kerugian karena motornya dibakar massa, satu laporan soal pengrusakan Halte Transjakarta, dan laporan terakhir soal perusakan toko bunga.
Dalam beraksi, para pelaku yang masih berusia muda ini mengaku terpengaruh dan memanfaatkan kesempatan. Mereka melihat beberapa orang menjarah dan langsung ikut mengambil barang-barang di berbagai tempat.
"Usianya rata-rata 16 sampai 22 tahun," kata Yuldi.
Akibat kerusuhan itu, satu personel kepolisian terluka parah di bagian tangannya. "Petugas kami, Kompol Pujo terluka di tangan, masih dirawat, saya juga ditimpuki batu, tapi karena pakai helm jadi aman," tutur Yuldi.
(wis/rel)