Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin meminta masyarakat menggunakan media sosial secara bijak. Menurutnya, publik harus memverifikasi segala informasi yang beredar di dunia maya.
Lukman menuturkan, sebelum masyarakat menggandrungi media sosial, orangtua dan guru memegang penting pemahaman masyarakat tentang sebuah isu. Saat ini, peran itu telah diambil alih media sosial.
"Bagi anak-anak kita, guru-guru atau orangtua mereka sekarang adalah Facebook, Twitter, dan sosial media yang ada. Sekarang dikenal majelis
Al-Facebookiyah. Kanjeng Google jadi guru," kata Lukman di Jakarta, Selasa (8/11).
Menurut Lukman, penggunaan media sosial sebagai satu-satunya sumber informasi dapat memunculkan risiko besar. Apalagi, merujuk fenomena yang berkembang, ia menyebut masyarakat mudah menerima informasi secara mentah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fatalnya, kita tak punya cukup waktu untuk memverifikasi atau sekadar bertanya, informasi ini benar atau tidak," tuturnya.
Lukman mendorong pengguna media sosial untuk tetap berpedoman pada nilai-nilai agama. Tujuannya, perbedaan antarkelompok masyarakat tidak akan menjadi sumber konflik.
"Ada upaya mengganti pilar-pilar, tonggak dasar berbangsa dan bernegara. Kita harus berpikir ulang berkali-kali," ujar Lukman.
Media sosial kerap menjadi ajang diskusi bahkan rujukan sejumlah masyarakat terhadap sebuah isu. Jelang unjuk rasa menentang dugaan penodaan agama, Jumat pekan lalu misalnya, berbagai tagar muncul di media sosial seperti Twitter dan Facebook.
(abm/rel)