As'ad Syamsul Arifin, Penunggang Kuda Putih Bergelar Pahlawan

Abraham Utama | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 17:25 WIB
Kiai As'ad Syamsul Arifin berperan dalam perjuangan warga Jawa Timur melawan penjajah Belanda dan Jepang, serta pendirian Nahdlatul Ulama.
Presiden Jokowi berjabat tangan dengan cucu As'ad Syamsul Arifin, Ahmad Azaim Ibrahimy, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11). (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gelar pahlawan nasional tahun 2016 dianugerahkan kepada As'ad Syamsul Arifin. As'ad merupakan tokoh Nahdlatul Ulama keempat yang memperoleh gelar tersebut.

Melansir situs NU Online, As'ad disebut mewarisi darah Sunan Ampel dan Sunan Kudus dari kedua orangtuanya. Lahir di Mekkah, Arab Saudi, tahun 1897, As'ad merupakan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Situbondo, Jawa Timur.

Kementerian Sekretaris Negara menyebut As'ad sebagai ulama besar NU. Ia masuk daftar tokoh yang menginisiasi pendirian NU, salah satu organisasi Islam dengan jumlah anggota terbesar di dunia.
As'ad juga disebut sebagai salah satu ulama yang menggerakkan santri pada perang kemerdekaan melawan pasukan Inggris di Surabaya, 10 November 1945.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah tersebut tertuang antara lain pada buku berjudul Karisma Kiai As'ad di Mata Umat. Buku biografi yang ditulis Syamsul Hasan itu terbit tahun 2009.

"Di kedua front pertempuran, Gedangan dan Jembatan Merah, menurut beberapa informan, Kiai As'ad sendiri yang memimpin. Bahkan mereka mengaku dikirim ke daerah itu atas perintah Kiai As'ad," tulis Syamsul.
Mengutip Antara, As'ad tidak sekali itu saja melawan penjajah. Kiai yang kerap menunggangi kuda putih itu tercatat pernah memimpin penyerangan ke gudang senjata Belanda di Bondowoso dan markas Jepang di Jember.

Di usia senjanya, As'ad masih berkarya untuk NU. As'ad aktif menjadi anggota Dewan Penasehat NU hingga Agustus 1990, ketika ia wafat di kampung halamannya: Situbondo.

"Di mata santri, dia sudah menjadi pahlawan sejak lama sehingga seluruh aspek dari dirinya menjadi teladan bagi kami," ujar Ikatan Santri Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Munif Shaleh, Rabu kemarin.
Usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada As'ad diajukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Untuk mewujudkan itu, mereka menggelar seminar nasional bertajuk Napak Tilas Nasional 2016, Sejarah Perjuangan Pengusiran Penjajah Jepang di Curah Damar.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf berkata, gelar pahlawan nasional untuk As'ad sebenarnya tidak akan berarti apapun bagi keluarga maupun Ponpes Salafiyah Syafi'iyah. "Tapi gelar itu penting bagi bangsa Indonesia," tuturnya.

Setelah Presiden Joko Widodo meneken Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016, perjuangan As'ad paripurna. Ia meraih pengakuan yang lebih dulu diterima pendahulunya di NU: Hasyim Asy’ari, Wahid Hasyim, dan Idham Chalid.
(abm/rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER