Pemerintah Duga Ada Kongkalikong Penyanderaan WNI di Malaysia

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Sabtu, 12 Nov 2016 18:25 WIB
Kecurigaan terhadap persekongkolan jahat muncul lantaran kasus penyanderaan WNI kerap terjadi di wilayah yang sama.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menduga ada kongkalikong atau persekongkolan jahat di balik penyanderaan WNI di Malaysia. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menduga ada upaya kongkalikong di antara pihak yang terlibat kasus penyanderaan warga negara Indonesia di Malaysia. Pasalnya, kejadian penyanderaan terjadi berulang kali di tempat yang sama.

Dua warga negara Indonesia yang bekerja di kapal penangkap ikan Malaysia kembali diculik pada 5 November lalu. Peristiwa itu terjadi di perairan Sabah, Malaysia.

Ryamizard mengaku dongkol dengan penyanderaan yang terus berulang. Menurutnya, penyanderaan di lokasi itu telah terjadi tiga kali. Pemerintah Indonesia juga telah memperingatkan kepada warganya agar tidak berlayar di wilayah tersebut. Dia pun curiga ada persekongkolan jahat di balik kasus ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Begitu-begitu terus memangnya kerjaan kita nongkrong di situ? Enggak benar ini, sudah saya ingatkan jangan lagi cari ikan di sana, tempat kita kan yang lain banyak. Kenapa kok di situ sih? Jangan-jangan ada kongkalikong," ujar Ryamizard dengan nada tinggi di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, kemarin.

Meski demikian, Ryamizard memastikan pemerintah tetap akan membebaskan mereka yang disandera di wilayah Malaysia.

Di tempat terpisah, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meyakini pemerintah Malaysia tidak membiarkan kasus penyanderaan terjadi di wilayahnya. Dia pun meminta pemerintah Malaysia serius meningkatkan keamanan dan menjamin keamanan WNI yang bekerja di wilayahnya.

"Saya kira tidak ada satu pemerintah pun yang melakukan pembiaran. Tapi yang penting adalah bagaimana untuk meningkatkan keamanan," kata Retno usai rapat koordinasi tingkat menteri di Kemenko Polhukam.

Senin lalu, Retno bertemu dengan Menteri Besar Sabah, Dato Musa Aman yang didampingi Komandan Eastern Sabah Security Command (Esscom) Mayjen Wan Abdul Bari di Kota Kinabalu Negeri Sabah.

Pada kesempatan itu, Retno meminta Pemerintah Malaysia memberikan jaminan keselamatan bagi sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan Malaysia. Permintaan itu juga pernah diutarakan sebelum kejadian 5 November lalu.

Retno juga telah bertemu dengan pemilik kapal yang armadanya disandera. Pihak penyandera sempat berkomunikasi dengan pemilik kapal terkait kasus itu. Retno mengatakan selama ini pemerintah RI terus berkomunikasi dengan keluarga sandera dan pemilik kapal.

"Saya sudah bertemu juga dengan para istri kedua ABK kita," katanya.

Retno menyebut lokasi kedua sandera berada di Sulu, Filipina. Informasi intelijen itu diperoleh dari koleganya di Filipina sehari setelah penculikan. "Itu sudah menjadi pattern yang biasa dilakukan kelompok itu," ujar Retno.

Meski demikian Retno belum bisa menyebut kelompok mana yang melakukan penculikan dua ABK Indonesia. Pemerintah RI hingga kini belum dapat berkomunikasi dengan kelompok penyandera.

"Saya belum dapat memberikan konfirmasi identitas kelompok itu. Tapi berdasarkan informasi intelijen yang saya peroleh mereka berdua berada di Sulu," katanya.

Kasus penyanderaan ini menambah jumlah korban sebelumnya yang belum kembali ke Indonesia hingga kini. Total korban penyanderaan saat ini ada empat WNI yang masih disandera di Filipina.

"Kami masih terus bekerja untuk bagaimana membebaskan mereka," ujar Retno.

(gil/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER