Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengaku selama ini tak pernah menunggang kuda. Namun dia rela naik kuda saat berkunjung ke rumah Ketua Umum Partai Gerinda Prabowo Subianto beberapa waktu lalu. Langkah itu menyimpan makna tersendiri.
Jokowi mengungkap alasannya memilih menunggang kuda di kediaman Prabowo. Hal itu untuk menyikapi kondisi politik yang memanas menjelang pemilihan kepala daerah 2017, khususnya situasi Jakarta belakangan ini.
"Saya ingatkan, Jakarta ini Ibu Kota Indonesia. Mari kita jaga dan rawat bersama. Saya yang biasanya enggak pernah naik kuda, saya bela-belain naik kuda agar Jakarta dingin kembali," kata Jokowi di Asrama Haji Pondok Gede, Kamis (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, eskalasi ketegangan politik menjelang Pilkada juga pernah dirasakan saat dirinya maju menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012 lalu. Dalam kondisi politik yang panas ini, Jokowi rela melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, seperti menunggang kuda.
Awal bulan lalu, ratusan ribu demonstran memadati sekitar area Istana Negara untuk menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diadili. Demo lanjutan akan kembali dilakukan pada 2 Desember mendatang meski proses hukum dugaan penistaan agama yang menetapkan Ahok sebagai tersangka masih dijalankan kepolisian.
Toleransi dalam KeberagamanDi samping itu, Jokowi juga mengingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga toleransi di antara kelompok mayoritas dan minoritas. Dia menilai toleransi ini kerap dilupakan masyarakat terutama beberapa waktu belakangan.
"Agama juga berbeda-beda. Karena itu saya ingatkan mari yang mayoritas melindungi minoritas. Yang minoritas menghargai mayoritas. Kita sering lupa ini," katanya.
Jokowi menuturkan, keberagaman dan kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan anugerah yang perlu dijaga. Hal itu kerap disampaikan pula oleh tokoh senior Muslimat Nadhlatul Ulama Sinta Nuryah Wahid.
Ia menekankan kembali toleransi di tengah keberagaman Indonesia lebih baik jika dibandingkan negara lain. Mengutip Ketua PBNU Said Aqil Siradj, Jokowi mengatakan, banyak negara satu suku yang berkelahi dan berperang. Sedangkan, Indonesia yang memiliki 1128 suku dan 646 bahasa lokal bisa hidup damai berdampingan antarmasyarakat.
Karena itu, dia meminta semua pihak bersama-sama menjaga dan merawat keberagaman di masyarakat. Upaya ini guna menjaga kedamaian dan persatuan Indonesia, terutama di Jakarta yang tengah memanas.
Mantan Wali Kota Solo ini mengajak warga Nahdlatul Ulama untuk ikut mengedukasi masyarakat ketika berselancar di dunia internet. Memanasnya situasi Ibu Kota belakangan ini juga dipengaruhi oleh informasi keliru di media sosial.
"Saling menghujat, mengejek, memaki, dan adu domba. Banyak berita bohong. Itu bukan nilai Islami kita. Kita ingatkan menggunakan media sosial untuk kepentingan positif," ucapnya.
(pmg/obs)