ANALISIS

Di Balik Akan Kembalinya Setya ke Kursi Ketua DPR bagi Jokowi

Basuki Rahmat | CNN Indonesia
Rabu, 23 Nov 2016 09:31 WIB
Memanasnya suhu politik Jakarta diwarnai dengan bakal kembalinya Setya Novanto ke kursi pimpinan DPR. Hal apa saja yang ada di balik itu bagi Jokowi.
Presiden Joko Widodo makan sore bersama Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11). (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bakal kembalinya Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menduduki kursi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat mencuat seiring panasnya suhu politik ibu kota.

Aksi massa menuntut kandidat petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipidana dalam perkara dugaan penistaan agama dimanfaatkan untuk menjadi momentum penguatan bagi Golkar dan juga pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Bukan suatu kebetulan bila Golkar dalam rapat pleno dua hari lalu mendorong Setya kembali menjabat Ketua DPR. Langkah partai beringin itu seiring dengan perkembangan situasi politik terkini yang kurang kondusif.
Sehari sebelumnya, Golkar yang sejak awal telah menyodorkan dukungan kepada Ahok untuk kembali memimpin Jakarta, menggelar pertemuan strategis dengan Megawati Soekarnoputri yang partainya, PDI Perjuangan, menjadi penyokong utama Ahok dalam pilkada sekaligus motor dalam koalisi pemerintahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal apa di balik Setya yang akan menduduki kembali kursi ketua DPR baik bagi Golkar maupun pemerintahan Jokowi saat ini? Pertemuan Setya dengan Megawati yang selanjutnya diikuti dengan bertemunya Setya dan Jokowi itu secara politik menunjukkan ketegasan Partai Golkar dalam menyikapi kebijakan politik pemerintahan.

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi, juga mengartikan sikap tersebut sebagai wujud konsolidasi internal Golkar yang sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Betapapun keberadaan Golkar di pemerintahan menjadi partai yang paling terakhir ikut gerbong pemerintah, namun sejak awal Setya sudah menegaskan arah politik partainya hanya menyokong pemerintahan Jokowi.

Arah politik ini akan semakin kuat dengan keberadaan Setya jika menjabat lagi sebagai ketua parlemen. Artinya, jaminan politik Golkar untuk menyokong kebijakan politik pemerintahan Jokowi akan tampak jelas saat Setya memimpin kembali DPR. Hal itu yang selama ini tidak cukup baik dilakukan oleh Ade Komarudin saat memimpin DPR.

Sementara bagi Jokowi, ini adalah bagian yang menguntungkan bagi pemerintahannya, karena secara politik, Setya sebagai ketua umum Golkar dinilai tidak banyak melakukan manuver, hal yang sama juga saat menjadi ketua DPR.
Muradi dalam perbincangan dengan CNNIndonesia.com menekankan, pemerintahan Jokowi tentu membutuhkan keajekan dukungan politik yang tidak mudah goyah. Hal ini yang dalam bahasa sederhana tidak mampu dilakukan oleh Ade Komarudin selama menjabat ketua DPR. Dua hal blunder secara politik adalah mewacanakan menarik dukungan Golkar ke Ahok dan juga bermanuver genit dengan mewacanakan menerima pengunjuk rasa pada 4 November lalu.

Sebagai sesama ketua umum, langkah Setya membangun komunikasi politik dengan Megawati adalah bagian dari penguatan sokongan Golkar ke pemerintahan Jokowi. Langkah tersebut tentu membuat hubungan antara Golkar dengan PDIP bakal makin erat dan hal itu dibutuhkan oleh pemerintahan Jokowi dan PDIP sebagai partai pengusung utama dari pemerintahan Jokowi.

Akrobat politik yang sempat dipraktikkan oleh Ade Komarudin saat menjadi ketua DPR tentu menjadi catatan pola hubungan antara Golkar dan PDIP agar di kemudian hari langkah blunder tersebut tidak lagi terjadi. “Dan pertemuan itu semakin menegaskan hal tersebut,” ujar Muradi.
Penting untuk digarisbawahi adalah Golkar menjadi partai yang termasuk cepat melakukan konsolidasi. Hal ini karena penekanan “partai tua” itu secara tegas menyokong pemerintahan Jokowi.

Bagi Jokowi, dalam pandangan Muradi, hal ini penting untuk dijadikan garansi politik. Salah satunya dikarenakan secara terbuka pemerintah juga menyokong dan mengakui kepengurusan Setya di Golkar. “Artinya langkah-langkah yang bersifat kontraproduktif hanya akan membuat Golkar tidak terkonsolidasi. Hal inilah yang kemudian dilihat oleh Setya tidak cukup baik diperankan oleh Ade Komarudin.”

Dengan Setya menjadi orang nomor satu di DPR, kebijakan politik yang dibuat oleh pemerintahan Jokowi menjadi garansi yang didukung penuh di parlemen sehingga tak lagi tersandera oleh kegenitan politik yang tidak berpijak pada kepentingan politik yang lebih besar. Di sini, kepentingan politik bagi pemerintah tentunya.
Politisi Golkar yang juga menjadi Dewan Pengarah dalam Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Fayakhun Andriadi, mengakui pertemuan Setya dengan Megawati dan juga Jokowi saling mengukuhkan kekuatan, termasuk dukungan kepada Ahok-Djarot dalam pilkada Jakarta yang belakangan digoncang gelombang aksi massa terhadap Ahok.

“Golkar, PDIP, dan dua parpol lainnya saling merapatkan barisan dan saling sinergi,” ucap Fayakun dalam pesan yang disampaikan kepada CNNIndonesia.com.

(obs/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER