Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 27 ribu personel gabungan TNI dan Polri disiagakan untuk mengamankan jalannya aksi unjuk rasa yang rencananya berlangsung pada hari ini dan Jumat pekan depan.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan, pengerahan ribuan pasukan dilakukan untuk mengantisipasi keamanan dari aksi unjuk rasa yang tidak diduga.
Awi menyebut polisi hingga saat ini belum menerima surat pemberitahuan demonstrasi untuk 25 November atau pun 2 Desember seperti yang banyak dikabarkan publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah kami standby, kurang lebih 27 ribu personel. Kalau sewaktu-waktu digerakkan ya gerakan saja. Kan ada informasi intelijen," kata Awi di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (25/11).
Awi menyampaikan, 27 ribu personel ini ditugaskan untuk menjaga 26 titik di seluruh penjuru Jakarta yang diperkirakan akan menjadi lokasi peregerakan massa.
Namun Awi enggan menjelaskan titik-titik yang menjadi perhatian pihak kepolisian tersebut.
"Sudah kami
standby-kan. Tapi kembali lagi sesuai dengan ancaman yang ada. Kalau tidak ada, tidak digerakkan," ujar Awi.
Awi juga mengatakan, Polda Metro Jaya mendapat tambahan bantuan 5.000 personel dari sejumlah satuan Brigadir Mobil (Brimob).
"Namanya Brimob nusantara yang koordinir Kakorbrimob Mabes Polri," tutur Awi.
Sebelumnya Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan pihaknya akan menjaga ketat rencana aksi pada 25 November. Sebab menurut Tito, aksi tersebut berpotensi berujung pada upaya penggulingan pemerintahan.
Tito mengaku mendapat informasi bahwa ada 'penyusup' di balik aksi demo tersebut dan akan menduduki Gedung Parlemen Senayan, Jakarta.
"Kalau itu bermaksud untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintah, termasuk pasal makar," ujar Tito.
Terlebih, Tito mengaku telah mendapatkan informasi bahwa ada sejumlah rapat terkait upaya menguasai DPR.
"Bila ada upaya-upaya seperti itu, kita akan lakukan upaya pencegahan dengan memperkuat gedung DPR/MPR," kata Tito.
(gil)