Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara Nasional Indonesia mengerahkan sekitar 958 personel untuk membantu korban gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Prajurit tersebut terdiri dari Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan berjumlah 218 personel dan personel dari Komando Daerah Militer Iskandar Muda sebanyak 740 personel.
Menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, prajurit TNI harus siap melaksanakan tugas dengan maksimal dan senang hati di dalam kondisi sulit apapun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau ada pasien-pasien yang dirawat di lapangan terbuka, setelah tenda rumah sakit lapangan Satgas Kesehatan TNI tergelar langsung bisa dioperasionalkan untuk merawat korban. Tugas Satgas Kesehatan TNI adalah membantu korban akibat gempa bumi. Ini merupakan pengabdian TNI kepada masyarakat,” kata Gatot dalam keterangan pers, Rabu (7/12).
Personel Satgas Kesehatan TNI yang diberangkatkan ke NAD terdiri dari 82 prajurit Yonkes Kostrad TNI AD, 61 prajurit Marinir TNI AL dan 31 personel Basarnas. Lalu, Rumah Sakit Mintohardjo TNI AL mengirimkan enam orang dokter spesialis dan satu orang dokter umum. Kesehatan Marinir mengirimkan dua dokter umum, dan 33 personel kesehatan.
Kodam Iskandar Muda juga mengerahkan 740 personel yang terdiri dari 400 prajurit Babinsa Kodim Pidie, 100 prajurit Yon Armed 17/Rencong Sakti (1 SSK), 200 orang Yonif 113/Jaya Sakti (2 SSK), 25 orang dari Denkesyah Loksumawe dan Kesdam, 15 orang Denbekang Loksumawe.
Selain prajurit Kodam Iskandar Muda juga mengerahkan dua unit exsavator, tiga unit laoder dan empat unit dum truk dari satuan Batalyon Zipur 16/DA.
Fasilitas Listrik dan AirKepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, fasilitas-fasilitas umum seperti listrik dan air di tempat terdampak Gempa Aceh masih berjalan baik hari ini.
"Air bersih dan lain-lain sampai saat ini masih baik. Namanya hari pertama. Hari kedua, sampai hari ketiga adalah periode panik," kata Sutopo dilansir dari
detikcom.
Periode panik, menurut Sutopo, terjadi saat semua mengalami kepanikan, baik berasal dari masyarakat terdampak maupun dari pemerintah.
"Semua lari kemana-mana, mencari keluarganya, rumah hancur, kan panik semua. Koordinasinya juga masih kurang bagaimana melakukan penanganan," katanya.
Jika dalam masa awal bencana masih ada kekurangan, menurut Sutopo adalah hal yang wajar. Diiringi masyarakat yang masih trauma, pemerintah fokus untuk menangani korban dengan cepat.
"Nanti biasanya setelah hari ketiga semua sudah tertangani dengan baik. Contoh data korban beredar berbagai versi akan menjadi satu. Kebutuhannya apa saja nanti akan dipenuhi oleh para relawan," tandas Sutopo.
Hingga kini, info korban tewas akibat bencana tersebut, menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Aceh Komisaris Besar Gunawan, sebanyak 97 orang. Sementara korban luka-luka terus bertambah. Polisi, menurut Gunawan, mendata korban luka mencapai 214 orang.
(rel)