Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo memerintahkan pengurus rukun tetangga dan rukun warga (RT/RW) mengembangkan kembali sistem keamanan lingkungan (siskamling). Instruksi tersebut untuk merespons maraknya penemuan bom di beberapa daerah jelang akhir tahun.
Menurut Tjahjo, pengembangan siskamling diperlukan sebagai upaya deteksi dini keberadaan teroris. Dia juga mengimbau untuk memperkuat koordinasi antar tokoh agama, masyarakat, dan adat untuk mengantisipasi ancaman teror.
Selain itu, pembentukan forum pimpinan daerah (Forpimda) hingga di tingkat kecamatan juga perlu dilakukan. "Kembangkan lagi siskamling di semua RT/RW untuk deteksi dini," ujar Tjahjo dalam keterangan tertulis kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tjahjo meminta antisipasi dini dilakukan semua jajaran pemerintah di daerah, agar stabilitas nasional jelang pergantian tahun tetap terjaga. Dia mengapresiasi langkah kepolisian yang bertindak cepat mencegah dan mendeteksi keberadaan terduga teroris di beberapa kota.
"Kita patut apresiasi langkah-langkah Kapolri dan khususnya Tim Densus 88 Polri. Kepolisian sudah sangat paham terkait pemetaan jaringan-jaringan teroris," ujarnya.
Beberapa pekan terakhir polisi menemukan bom aktif yang siap diledakkan di kawasan Bekasi dan Tangerang.
Penangkapan tiga orang terduga teroris di Bintara, Bekasi, Jawa Barat, dilakukan pada Sabtu (12/11) lalu. Selain itu, Densus 88 juga menggerebek sebuah rumah yang diduga dihuni kelompok teror di Kampung Curug RT 2/1, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, kemarin.
Bom ditemukan polisi di dua lokasi penggerebekan tersebut. Bom di Bekasi merupakan rakitan yang dirancang dalam penanak nasi. Bom tersebut rencananya akan diledakkan saat pergantian tugas jaga pasukan pengamanan presiden (Paspampres) di akhir pekan.
Sementara bom di Tangerang rencananya diledakkan di Pos Polisi Lalu Lintas depan Rumah Sakit Eka Hospital, Serpong.
Berdasarkan penuturan terduga teroris bernama Adam Noor Syam, rencananya ia dan kelompoknya menusuk petugas polisi yang berada di Pos Polantas depan RS tersebut. Saat masyarakat berkerumun, anggota kelompoknya akan meledakkan bom bunuh diri.
Transit TerorisPengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia Ridwan Habib berpendapat, penangkapan terduga teroris di sekitar Jabodetabek memiliki makna tertentu. Daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan itu dijadikan sebagai tempat transit bagi para teroris sebelum melakukan penyerangan.
"Pemilihan Bekasi, Tangsel, Jabotabek adalah konsep yang mereka sebut dengan
safe house atau tempat bersembunyi sementara untuk transit," kata Ridwan saat dihubungi kemarin.
Menurutnya, mereka tidak akan tinggal lama di rumah atau kontrakan di sekitar Jabodetabek, maksimal 14 hari. Sementara perakitan atau pembuatan bom biasanya dilakukan di tempat lain yang lebih aman.
Jabodetabek dipilih sebagai tempat transit, tambah Ridwan, karena banyak kontrakan atau indekos. Tipologi indekos ini dinilai mudah dicari dan didapatkan. "Bisa disewa seminggu, tidak harus sebulan atau setahun," katanya.
Kemudahan ini, kata Ridwan, memungkinkan kelompok teroris untuk bersembunyi di tengah masyarakat perkotaan. Apalagi apatisme publik atas lingkungan sekitarnya juga menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku teror.
(pmg/rdk)