Kisah di Balik Pohon Natal Ramah Lingkungan di Gereja Paulus

CNN Indonesia
Sabtu, 24 Des 2016 18:38 WIB
GPIB Paulus, Menteng, Jakarta Pusat, memasang pohon Natal berbahan botol plastik bekas. Pohon itu pernah mendapat pujian dari Ahok
Pohon Natal yang terbuat dari botol plastik bekas menjulang dalam GPIB Paulus, Menteng, Jakarta Pusat. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Siang tadi menjelang sore, persiapan perayaan misa Natal Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Paulus, Menteng, Jakarta Pusat, sudah hampir rampung.

Beberapa pengurus tampak meninjau berkeliling gereja untuk memastikan kebaktian berlangsung lancar.

Tenda besar yang menutupi halaman gereja dengan ratusan bangku untuk menampung para jemaat, telah dipersiapkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam gereja, semua alat tampak siap digunakan untuk misa Natal. Tetapi ada satu hal yang menarik, yaitu sebuah pohon cemara berbahan botol plastik bekas dengan berbagai hiasan ornamen. Pohon Natal itu menjulang tinggi di sudut mimbar gereja.

Sekretaris II Pelaksana Harian GPIB Paulus Samuel Mandang menjelaskan, penggunaan pohon Natal berbahan botol plastik itu sudah dimulai sejak tahun lalu.

Saat itu, sebelum Natal seorang jemaat bernama Yeni yang merupakan aktivis lingkungan dan biasa mendaur ulang barang bekas, mengusulkan penggunaan pohon Natal tersebut.

"Jadi dia kasih ide dibuat pohon seperti ini. Akhirnya, kami rapatkan dan setuju," kata Samuel saat ditemui CNNIndonesia.com di GPIB Paulus, Menteng, Jakarta, Sabtu (24/12).

Samuel menjelaskan, salah satu alasan menggunakan pohon jenis ini lantaran faktor ramah lingkungan. Selain itu, pohon Natal berbahan botol plastik bekas juga tidak memakan banyak biaya dan lebih awet dari pada menggunakan pohon cemara asli.

GPIB Paulus, kata dia, berencana mempertahankan pohon Natal berbahan botol plastik ini untuk perayaan pada tahun-tahun berikutnya.

Ketua V Pelaksana Harian GPIB Paulus Lendy Sumual mengatakan, penggunaan pohon natal berbahan botol plastik juga berkaitan dengan tema lingkungan hidup yang diusung dalam perayaan tahun lalu.

"Tema itu kan bukan hanya slogan ya, tapi juga berkaitan khususnya dengan ibadahnya. Di situ kelihatan dari pohonnya. Kalau menggunakan pohon hidup itu jadi seperti cuma slogan," katanya.

Lendy menjelaskan, dibutuhkan kurang lebih 20 ribu botol plastik bekas kemasan yang digunting untuk membuat pohon Natal setinggi 6,5 meter ini.

Biaya yang dihabiskan untuk satu pohon ini, lengkap hiasan ornamennya, mencapai Rp6 juta.

Menurut Lendy, harga itu lebih murah dibandingkan dengan pohon cemara yang harganya di kisaran Rp5 juta ke atas. Harga pohon cemara bisa lebih mahal karena memerlukan perawatan khusus.

"Kalau pohon cemara asli, setelah dipajang beberapa hari mulai rontok. Kalau ini kan hanya tinggal dibersihkan sebelum dibuat," ujarnya.

Dipuji Ahok

Lendy menuturkan, dibutuhkan waktu satu hari untuk membuat pohon ini. Pembuatannya dikerjakan dengan menyewa beberapa orang, dibantu jemaat dan pengurus.

"Tadi pagi baru selesai. Untuk tahun ini, kami menggunakan lampu sorot berwarna-warni di bagian bawah pohon," ujar Lendy.

Pohon natal ini, kata Lendy, pernah mendapat apresiasi dari Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ketika ikut kebaktian misa Natal pada tahun lalu.

Saat itu, menurut Lendy, Ahok yang duduk di bagian kursi depan mimbar, tampak kagum dengan pohon Natal ini.

"Pak Ahok apresiasi. Ia juga bertanya proses pembuatannya, dan kami ceritakan," kata Lendy.

Rencananya pohon Natal ini akan dipajang hingga Januari, sebelum dibongkar dan disimpan kembali. Lendy mengatakan, biasanya setelah perayaan Natal atau kebaktian, pohon ini menjadi objek favorit jemaat untuk berfoto.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER