Jokowi dan PBNU Bahas Radikalisme di Indonesia

CNN Indonesia
Rabu, 11 Jan 2017 17:24 WIB
Ketua PBNU mengatakan berdiskusi dengan Presiden Jokowi mengenai cara memperkuat kembali Islam moderat dan mengatasi indikasi intoleransi.
Ketua PBNU mengatakan berdiskusi dengan Presiden Jokowi mengenai cara memperkuat kembali Islam moderat dan mengatasi indikasi intoleransi. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama Said Aqil Siradj bertemu khusus sembari santap siang membicarakan dugaan menguatnya Islam radikal di Indonesia.

Dalam pertemuan santai yang berlangsung sekitar sejam, Said menuturkan, mereka berdiskusi mengenai cara memperkuat kembali Islam moderat dan mengatasi indikasi intoleransi di Indonesia.

"Dunia melihat umat Islam Indonesia yang moderat, tapi akhir-akhir ini mulai mengendor. Bagaimana kami berupaya mengatasi sehingga kembali lagi Islam ramah. Paling banyak bicara itu," kata Said Aqil di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (11/1).
Ia menyatakan PBNU siap membantu Presiden mengatasi permasalahan ini. Dimulai dari menggalakkan peran kyai dalam membimbing masyarakat. Hingga mengusulkan kurikulum mengenai toleransi sebagai langkah panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Said Aqil menjamin, para kyai NU mengajarkan mengenai perdamaian, kerukunan, dan menghindari konflik tanpa diminta sebelumnya.

Penanganan intoleransi menjadi sorotan pemerintah belakangan ini. Pemerintah sampai membentuk dua lembaga baru demi memantapkan Pancasila dan menjaga kerukunan dalam keberagaman masyarakat. Lembaga itu adalah Unit Pemantapan Pancasila dan Dewan Kerukunan Masyarakat.

Selain intoleransi, Said menyatakan, dirinya juga siap membantu Jokowi mengatasi maraknya penyebaran informasi palsu (hoax) di antara masyarakat. Media sosial kini dinilai tak lagi menjadi sarana penyebaran informasi positif.
Penanganan hoax menjadi salah satu tugas badan baru pemerintah yakni Badan Siber yang akan diresmikan dalam waktu dekat.

Badan Siber ini disebut akan bersinergi dengan badan cyber deffence yang ada di Kementerian Pertahanan, cyber intelligence di Badan Intelijen Negara (BIN), dan unit cyber crime di kepolisian.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER